Gerakan pasrah yang aku rasa. Di saat menjelang datangnya matahari. Perihal benar atau salah. Tak pernah menjadi masalah.
Keindahan mutlak di angkasa. Ataupun suara-suara mesra pagi ini. Tak lagi menyenangkan. Tak lagi aku rindukan.
Belum mampu aku menahan bosan. Rutinitas yang mematikan. Gundah, serta rasa serakah. Semuanya masih merasa marah.
Seperti beberapa hari terakhir. Aku kembali menyiksa diri. Fisik dan batin terluka parah. Saat tenang tak lagi berkuasa.
Kenapa aku seperti ini? Tidakkah sadar telah lama iri? Bukan berarti harus begini. Aku tak paham banyak hal.
Pada tidur yang tak lagi merawat. Pada nyaman yang sekarang berat. Manusia tak mengerti apa-apa. Kenapa aku harus bertahan?
Saat menyerah adalah masuk akal. Hancur adalah surga yang diabaikan. Kemungkinan besar, kematian adalah masa depan. Aku harusnya lebih mendengarkan.
Bicara dan diam sama saja di sana. Kesalku pada sesal tidak perlu dipikirkan. Rabu depan manusia kembali datang. Aku pasti masih harus bertahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Kini.
PuisiDan Kini, tidak lebih dari sebuah karangan tidak masuk akal. Berupa puisi yang ditulis hati-hati. Keluh kesah dan keresahan yang tidak pernah berhenti, ialah ide utama dari tulisan ini. Kumpulan tulisan ini tidak banyak yang bersuasana riang, cender...