CHAPTER 22: The Soul Eater Called Psychofágos.

32 1 0
                                    

AUTHOR POV

"Kau yakin mereka akan berhasil?" Suara itu keluar dari mulut Michael. Dia sedang berdiri di samping Arthu yang tengah melatih Psychofágos.

"Tenang saja, kau terlalu khawatir. Psychofágos hanya untuk menyulitkan mereka" ucapnya.

"Aku berharap begitu."

Di langit, Joseph bertugas untuk mengawasi latihan dari atas, menggunakan sebuah makhluk dari Fairy clan, makhluk itu disebut Pagoni Neraidon. Makhluk itu memiliki bentuk seperti burung elang, dengan sepasang sayap merak. Mereka mempunyai sulur untuk membantu sebagai pendeteksi lingkungan ketika malam hari. Kaki elang mereka sangat kokoh, dengan cakar yang mempu mencabik lawan hanya dalam beberapa menit. Joseph masih menghitung waktu untuk pelepasan Psychofágos.

Ketika ia melihat kelompok terakhir memasuki area mereka, Joseph menembakkan sebuah cahaya ke langit. Tembakan itu berasal dari jari telunjuknya. Keistimewaan tembakan cahaya itu adalah tanpa suara.

Di area lapangan, Harold yang melihat cahaya itu pun berkata kepada yang lain, "Seluruh clan sudah masuk ke area mereka masing-masing."

"Lycanthrope clan yang terakhir" ucap Samuel karna mengawasi murid dari bawah menggunakan penglihatannya.

"Kenapa bisa seperti itu?" Tanya Dandelion Chairoz terlihat sedikit kecewa.

"Andai muridmu tidak mengkhawatirkan pakaian mereka saat melakukan transformasi, sudah pasti mereka tidak berada di paling akhir. Tak apa, sebentar lagi mereka akan tau sesuatu soal menutupi tubuh mereka" jawab Samuel di akhir tawa.

"Aku bertanya-tanya, kenapa murid-murid memanggilmu dengan Chairoz? Maksudku, kenapa tidak dengan nama panggilmu yang sebenarnya, Lion?" Pertanyaan acak itu keluar dari mulut Abraham.

Dandelion menghela napas, "Jika mereka memanggilku dengan Dandelion atau Lion, mereka akan menyebutku paman. Itu semua karna pangeran Damian yang mengajarkan anak dan kemenakannya untuk memanggilku paman."

"Hahaha maksudmu Gara dan Dylan, bukankah itu menggemaskan? Paman Lion..." ledek Arthur disela-sela aktivitasnya.

"Yang benar saja-"

"180!"

Joseph membesarkan suaranya dengan kemampuan yang ia miliki. Di dalam hutan, murid-murid yang sedang mencari dimana target pertama berada langsung panik.

"Mereka akan melepaskannya!" Teriak Piers agar yang lain bisa mendengarnya.

"Kita bahkan belum menemukan target pertama. Tempat ini seperti tidak ada ujungnya" ucap Dylan.

"Terus mencari, mungkin target pertama kita ada di goa sana atau di tanaman air" ucap Iris mencoba untuk menenangkan clannya.

"Tempat ini bahkan tidak punya tanah, kita harus mendarat di batang pohon. Apakah target pertama kita ada di lubang besar bawah sana?" Castiel memperhatikan sebuah lubang besar di bawah area Angel clan.

"Ini bahkan seperti ruangan penuh cermin terbang" geram Xavier.

"Kurasa sekarang aku paham, kenapa ibuku menyuruhku untuk baca buku" ucap Luca sambil menatap banyak gemstone yang tersebar luas di tanah seperti lautan.

"Itu... target kita" Selena menunjuk jauh ke seberang danau. Di sana ada pulau yang ditengah-tengahnya terdapat target mereka. Dia turun dari tubuh Gara, memastikan tidak ada apa-apa di dalam danaunya.

"Ini mudah!" Pekik Jack.

"Kau salah, guru-guru itu tidak mungkin memberikan tantangan kita semudah yang terlihat" balas Chlea dengan cepat.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang