CHAPTER 51: United In Condition.

28 2 0
                                    

Iris dan Piers kami tinggal di tempat tadi. Sebab Iris masih terlihat sangat trauma, jadi aku memutuskan untuknya berdiam dan beristirahat saja. Namun Piers kuberikan sebuah tugas untuk mengumpulkan kayu, air, dan dedaunan yang bisa digunakan sebagai alas. Karena hutan ini termasuk wilayahnya.

Aku dan Xavier berjalan semakin masuk ke hutan. Memberi beberapa tanda pada tanahnya dengan bebatuan, agar tidak tersesat. Aku sendiri tidak tau banyak soal berburu, hanya pernah melihat paman Alexander memburu rusa dan semacamnya. Yang kutau, buatlah makhluk itu mati, dan isi perut akan terpenuhi.

Aku selalu lupa ketika sedang memangsa sesuatu, jadi aku sama sekali tidak ingat bagaimana aku berburu dengan kedua tanganku sendiri. Tak mungkin aku lakukan hal yang sama di saat seperti ini, aku tak ingin membuat mereka menjaga jarak lagi denganku.

"Shh, kupikir aku mendengar sesuatu" Xavier berbisik, membuat ancang-ancang.

"Seekor anak rusa" bisikku, saat seekor anak rusa muncul dari sisi kanan kami.

"Apa yang harus kita lakukan Gara?" Tanya Xavier.

"Aku bisa saja menerkamnya, kau tau 'kan Lycanthrope ahli dalam berburu secara alami?"

Xavier terkekeh, "Yang ku tau adalah kau tak akan membiarkan anak rusa itu melarikan diri."

Aku mengambil posisi, untuk menerbangkan deggerku. Aku menggerak-gerakkan deggerku sebagai ancang-ancang, meyakinkan diriku sendiri untuk dapat mengenai perut anak rusa itu. Setelahnya, aku mengumpulkan tenaga, dan melempar pisau itu dengan kecepatan tinggi. Untung saja sasaranku tepat. Anak rusa itu memekik kesakitan saat deggerku tertancap sempurna di bagian perut bawahnya. Bagian itu pula mengeluarkan banyak darah.

Anak rusa itu kemudian berlari ke sisi lain hutan dengan bercak darah yang menghiasi tanahnya. Dengan begitu, kami akan dengan mudah menemukan anak rusa itu.

"Apa kau pernah memakan jantung Demon?" Tanya Xavier tiba-tiba.

"Tidak."

"Oh, kupikir kau pernah. Ibuku pernah bercerita, jika ada orang yang memakannya, sekalipun anak kecil, ia memiliki kekuatan seperti seorang Demon."

"Kau bercanda? Aku ini Hybrid."

Xavier tertawa, "Hahaha kau benar!"

Aku tau, anak rusa itu hanya berlari beberapa jarak dari kami. Kami menyusulnya, dan memperhatikan bercak-bercak darah yang bertumpahan di tanah. Tepat di depan kami, anak rusa itu berjalan sangat lamban. Sesekali berteriak, dan terjatuh. Perlahan, dia melemas, terbaring di depan sana. Darah yang keluar dari perutnya sangatlah banyak. Dia akan mati karna kehilangan banyak darah. Dan selang beberapa menit, dia tidak bergerak lagi.

"Kau sadis" kata Xavier.

"Aku sadis, atau perutmu sudah lapar?" Tanyaku.

"Hehe, perutku sudah lapar" jawabnya.

"Mari kita bersihkan ini, dan membawanya ketempat tadi-"

Perkataanku terpotong, karna mendengar suara teriakan dari sisi yang berbeda.

"Iris?" Tebak Xavier.

"Bukan, suara dan arahnya berbeda, lebih masuk ke dalam hutan" Aku diam lagi, memastikan bahwa itu suara seseorang.

"Tolong!"

Itu suara Dylan! Aku kenal sekali dengan suaranya, pasti itu Dylan.

"Bisakah kau bereskan ini? Aku akan ke arah suara itu" ucapku.

Ku tarik deggerku dari perut anak rusa itu, lalu berlari ke sisi lain hutan. Semakin dekat, dan akhirnya aku menemukan Dylan dan Luca di sebuah pohon besar yang tumbang. Namun, mataku berakhir ke dasar tanah, di antara permukaannya dan batang pohon, di sana Castiel harus terbaring dengan kaki kanannya yang tertimpa. Dia menangis, wajahnya memerah, tidak tau seberapa lama dia menahan sakitnya.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang