※ ·❆· ※
"Aku merindukan Gara, ibu. Bolehkah aku menyusulnya ke lembah Astbourne?"
Allegro mengikuti ibunya, Annelise, menuju sebuah pekarangan kerajaan khusus tempat para Bronze prajurit yang baru diangkat untuk berlatih.
"Lalu ibu akan sendirian?" Annelise menyamakan tingginya dengan Allegro, mengusap rambut laki-laki muda itu, berharap Allegro berhenti untuk terus meminta agar menyusul Gara.
"Bukan seperti itu, ibu."
"Baru sehari adikmu meninggalkan kerajaan, kau sudah merindukannya. Bagaimana soal burung gagak yang ingin kau miliki itu?"
Allegro tersenyum dengan gaya pribadinya, "Aku sudah punya, ibu. Paman Alex yang memberikannya padaku."
"Paman Alex?"
"Iya, itu paman, ada di sana."
Allegro menunjuk kearah Alexander, yang tengah berjalan bersama Damian bersama, menuju ruang kerajaan lain. Tentu, hal apa lain jika bukan soal persiapan penurunan tahta yang mereka berdua bicarakan akhir-akhir ini.
"Kapan kau akan mengirim surat pada Gara?"
"Hari ini, makanya aku membawa alat tulisku. Aku akan menulisnya di tempat ini" Allegro berlari masuk ke dalam pekarangan, sedangkan Annelise tersenyum karna tingkah Allegro yang menggemaskan. Wanita itu berhasil mengalihkan pembicaraan Allegro, kemudian dia pergi meninggalkan pekarangan pelatihan.
Allegro duduk tepat di tangga masuk, bersandar pada pilarnya, lalu menyiapkan alat tulis miliknya. Di tengah kesibukannya, seseorang yang baru saja tiba di pekarangan itu berdehem sambil mengetuk pintu besi besar. Tentu, Allegro menoleh ke belakang, melihat anak iblis yang tengah berdiri di belakangnya. Anak iblis itu mempersilahkan Epic prajurit yang mengawalnya untuk meninggalkannya.
"Kenapa di rumahku ada anak iblis?" Gumam Allegro acuh, kembali sibuk dengan kegiatannya. Bahkan, Allegro sendiri tidak mengenal siapa anak iblis itu. Yang jelas dia tau, kerajaan lain tiba karna ada pertemuan dengan kakeknya.
"Aku boleh duduk?" Tanya anak iblis itu sambil duduk di samping Allegro.
"Pertanyaanmu sia-sia."
"Hahaha, aku lelah berkeliling."
"Hm, tidak punya sopan santun."
Anak iblis itu mengangkat satu alisnya, "Apa maksudmu?"
"Bersikaplah sewajarnya tamu. Berkeliling rumah orang lain, memalukan" kata Allegro saat ia hendak menulis di sebuah kertas pemberian bibinya.
"Yang Mulia Northcliff memberiku izin. Kenapa kau sangat sensitif?"
"Hei, aku sedang konsentrasi" geram Allegro menyalakan matanya yang merah.
Anak iblis itu tertawa, lalu meminta maaf. Sambil melihat para Bronze prajurit, anak iblis itu kembali berbicara, "Adikmu pergi juga, bukan?"
Seketika Allegro menghentikan tangannya untuk bergerak, "Apa maksudmu?"
"Adikmu meninggalkan kerajaan."
"Oh," ia lalu melanjutkan kegiatannya, "Iya. Pasti ibuku yang memberitau mu."
"Kakakku juga."
"Jangan mencoba untuk akrab denganku."
"Astaga, kau ini. Apa semua penghisap darah begitu?"
"Apa semua iblis begitu?"
"Apa yang salah denganku, dari tadi kau yang marah-marah."
"Namamu saja tidak kau sebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia; The Hybrid.
AventuraKelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia...