AUTHOR POV
"Bukankah ini suatu kebetulan?"
Suara familiar itu membuat Allegro menoleh ke belakang, menemukan laki-laki yang ia pernah jumpai, "Kau rupanya. Kenapa kita bisa berjumpa lagi, Lucier?"
"Aku hanya ingin menghibur diriku dengan ikut bersama ayahku kemana saja ia pergi. Tapi aku tidak akan lama, sebentar lagi aku akan pergi" ucap Lucier sambil menghampiri Allegro. Mereka berdua secara tidak sengaja bertemu di lorong kerajaan.
"Baik, sekarang tinggalkan aku" perintah Allegro sambil melajukan langkah kakinya. Tapi Lucier juga melakukan hal yang sama dan membuntuti Allegro.
"Kau terlihat buru-buru, kak. Ada apa?" Tanyanya.
"Apa untungnya jika kuberi tau?" Tanya Allegro mengintimidasi Lucier.
"Ayolah, sepertinya itu akan menyenangkan! Beritau padaku, cepat beritau-"
"Kau ribut sekali, tutup mulutmu jika ingin ku beritau."
Lucier langsung membungkam mulutnya sendiri, demi untuk mengetahui apa yang sedang Allegro akan lakukan. Allegro dan Lucier sampai di suatu pintu. Itu adalah kamar Allegro dan Gara. Mereka masuk ke dalam, dan Lucier menemukan sebuah tas tidak terlalu besar di atas kasur. Banyak pakaian yang berserakan.
"Pakaian-pakaian ini... kenapa berserakan?" Tanya Lucier.
"Aku ingin menemui Gara di Akademinya" jawab Allegro sambil memasukkan beberapa barang lagi kedalam tasnya dan memakai sebuah jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Kau tidak waras, kak? Ku dengar orang-orang INTI sedang mencari keberadaan adikmu" Lucier menahan tangan Allegro.
"Aku sudah dapat izin, kau tidak perlu memikirkannya. Oh ya, soal INTI, berjanjilah jangan katakan apa-apa tentang keberadaan Gara di Akademi." Pinta Allegro.
"Iya, aku tidak akan mengatakannya pada siapa-siapa, ayahku juga mengatakan hal itu. Kau pasti merindukan Gara, kak" Lucier menatap ke luar jendela. Melihat langit gelap yang menyelimuti Danveurn.
"Kau tidak merindukan Xavier?" Tanya Allegro menduduki ujung kasurnya.
"Aku mengatakan hal buruk padanya melalui surat yang kuberikan hari itu, sampai sekarang dia tidak membalasnya. Mungkin dia sudah membenciku sekarang, dan dia membunuh burung itu, lagipula aku tidak akan peduli."
"Aku pikir kau akan ikut denganku ke sana, yasudah, aku mau pergi" Allegro mengenakan tasnya dan berjalan menuju pintu hendak pergi.
"Ah! Kupikir... Aku akan menemanimu. Bukannya aku ingin bertemu dengan kak Xavier, aku hanya mau tau tentang Akademi itu" Lucier menahan tangan Allegro.
"Minta izinlah pada ayahmu, siapkan barang-barangmu. Gunakan jubah sepertiku, kita harus menyamar agar tidak ketahuan pasukan INTI. Aku akan menunggu di gerbang kerajaan."
Setelahnya, Lucier melakukan semua hal yang dikatakan Allegro. Ayahnya tentu tau wajah berbohong Lucier yang meminta izin untuk menemani Allegro, bahkan Raymond sejak awal tau kemana Allegro akan pergi. Damian juga meminta pada Raja Demon itu untuk tidak mengatakan pada siapa saja soal keberadaan Gara. Meski dia mendukung INTI, tapi dia juga punya hati untuk ayah dengan dua anak itu. Dengan alasan untuk kembali ke kerajaan Claverdon, bersama Lucier, Allegro mendapat kepercayaan dari Robert Guardo. Omega itu juga tidak suka, seorang Vampire berlama-lama di kerajaannya.
Mereka berdua pergi dengan kereta kuda, yang sudah dipercayai Damian untuk mengantar Allegro dan Lucier ke lembah Astbourne.
Butuh beberapa jam untuk sampai ke hutan menuju lembah itu. Kereta berhenti ditengah hutan, hal itu membuat Lucier kebingungan, "Kenapa kita berhenti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia; The Hybrid.
AdventureKelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia...