Lalu, suara terompet yang entah datang dari mana mendenging di telingaku, menandakan bahwa latih tanding ini dimulai. Seakan terjebak dalam dimensi waktu, tiba-tiba saja semua tampak begitu fana, aku bisa melihat pergerakan debu-debu di udara yang melamban, atau mereka orang-orang dari Buxton yang mulai menggerakkan kaki untuk berlari mendekat.
Aku, juga, tak bisa sepenuhnya bergerak. Namun ketika ku lihat Marksman dari tim Buxton melepaskan boomerang yang terbuat dari besi itu, aku melangkahkan kaki untuk ke sisi kanan. Di Mataku, semuanya terlihat begitu lambat, tapi ketika boomerang itu hendak ku tangkis dengan perisai di tanganku, semuanya kembali menjadi normal.
"Tangkisan yang bagus!" Teriak Declan dari sisi lain yang sedang beradu pedang.
Saat ku lihat Nova hendak di serang lewat belakang, aku langsung ke sana, dan berhasil menahan sebuah pedang melengkung milik tim Buxton. Dengan cepat aku langsung menggerakkan pedang di tanganku untuk menyerangnya.
"Perlindungan yang bagus!" Ucap Nova.
Aku berhasil melindungimu Nova, tapi tentu saja, tim Buxton benar-benar sangat kiat, lebih kuat dariku. Latih tanding ini membuatku dapat sedikit pelajaran, bahwa aku seharusnya berpikir lebih luas terhadap lawan.
Beberapa menit kami habiskan hanya untuk merebut sebuah bendera merah, dan terus menjaganya di tangan kami. Tentu, sulit bagiku, sebab aku seorang Defender yang harus berlari ke sana kemari, memperhatikan setiap gerak-gerik lawan, selalu waspada dan siap menyerang maupun melindungi anggota-anggota timku. Aku tak pernah berada di posisi ini sebelumnya, selalu memikirkan diri sendiri daripada orang lain, sisanya hanya menjalankannya sebagai perlindungan sampingan, tak pernah benar-benar punya keinginan tersendiri untuk melindungi siapa saja.
Itulah yang ku rasakan sekarang, bagaimana sulitnya untuk melindungi setiap orang bahkan dalam waktu yang bersamaan. Apa yang harus ku utamakan diantara melindungi teman atau terus berperang agar meraih kemenangan? Di antara dua pilihan sulit itu aku tersadar akan cerita Mr. Chairoz di zaman dulu, ketika dia harus mengorbankan teman satu timnya.
Aku berharap tak pernah bertemu dengan situasi sulit seperti itu, karena tentu, siapapun sejujurnya tak ingin punya hak untuk memilih diantara dua pilihan yang sulit. Aku harap, tak pernah ada dua kejadian dalam satu waktu bersamaan.
Hingga terompet itu kembali ku dengar, pertandingan kecil antar akademi diselesaikan dengan tim kami yang mendapatkan bendera terakhir.
"Kau tak apa? Kau tampak tak sehat.." Ucap Declan saat membantuku berdiri dengan dua kakiku sendiri. Entah dalam hal apa Declan menatapku seperti Chlea menatapku, entah apa yang sedang di pikirkan Declan sampai raut wajahnya tampak cemas seperti itu.
"Kau pasti tak sadar, kau terluka" dia menunjuk tepat di pipiku. Saat ku sentuh, aku merasakan cairan kental di permukaan pipiku. Barulah saat itu, aku mencium bau darah.
"Aku tak menyadarinya, pasti saat adu pedang" responku santai.
"Kau yakin tak kenapa-kenapa?" Dia berusaha untuk terus melihat wajahku meski aku pula berpaling darinya.
"Aku tak kenapa-kenapa, aku hanya perlu sendirian untuk sementara waktu" aku langsung pergi dari hadapan Declan, mencampak perisai dan pedangku di tempat semua. Namun sebelum aku meninggalkan lapangan tanding, aku menatap ke arah perisai dna pedang milik Mr. Chairoz yang masih bersandar di dinding lapangan.
Mungkin aku seroang Hybrid, tapi aku telah berbohong pada Areth dan Declan. Sejujurnya aku bisa mengangkat kedua benda itu, tapi aku tak mampu melakukannya.
Aku langsung pergi dari lapangan tanding, kembali ke rumah pohonku untuk istirahat.
Saat matahari tak lagi menyapa makhluk bumi, bulan datang untuk menemani. Malam ini angin berhembus lebih kencang dari yang biasanya. Tapi hal itu yang merusak suasana makan malam di pondok makan. Hanya saja, aku tak begitu selera. Aku masih memikirkan tentang latih tanding tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia; The Hybrid.
PertualanganKelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia...