CHAPTER 5O: Wandering Without Specific Purpose.

19 1 0
                                    

Sudah berjam-jam lamanya aku dan Piers terus berjalan tanpa arah. Entah kemana kami pergi, tapi aku terus memimpin perjalanan dengan mengikuti arah matahari hendak terbenam.

"Kita berhenti terlebih dahulu, bahkan kita tidak berjalan disebuah jalan yang benar" Piers bersandar di sebuah pohon, duduk sambil mengatur pernapasan. Bukan dia saja, tapi aku juga lelah. Saat aku ingin duduk, aku mendengar suara semak-semak belukar yang hampir menghiasi tanahnya.

Aku berdiri, melihat ke arah sumber suara. Lalu, sebuah siluet datang dari sana. Saat ia keluar, aku dan Piers terkejut bersamaan.

"Xavier!" Teriak Piers.

"Akhirnya, aku menemukan kalian..."

Sontak aku langsung bangun untuk menahan tubuhnya yang lemas, "Aku tersesat, sejak 2 hari lalu. Hutan ini seperti tiada habisnya, syukurlah aku menemukan kalian."

"2 hari yang lalu? Apa kau tak salah?" Tanyaku memastikan.

"2 hari lalu aku tiba di hutan ini setelah kita memasukinya! Tapi aku sendirian! Kalian menghilang entah kemana!!"

Matanya sedikit bengkak, mungkin dia menangis atau tak tidur karna tersesat siang dan malam. Namun, ini semakin aneh. Piers bilang ia seharian mencari kami, dan Xavier sudah 2 hari ini setelah ketibaannya.

Aku bersama duduk di bawah pohon untuk sementara waktu, lagipula Xavier tampak sangat kelelahan dan kelaparan. Tapi aku tak membawa makanan melainkan deggerku sebagai barang yang penting.

"Ah! Syukur saja aku membawa sekeranjang roti sebagai bawaanku!" Piers yang baru mengingatnya langsung mengeluarkan keranjang berisikan roti dan selai dari dalam tas pinggangnya.

"Kau curang! Kau bukan membawa 1 benda, tapi itu banyak sekali!" Protes Xavier merampas sepotong roti dari dalam keranjang kayu itu.

"Aku tak curang, aku cerdas. Aku hanya membawa 1 keranjang, namun isinya ada banyak!" Sahut Piers.

"Ini semakin aneh dan menarik saja. Aku tiba sekitar 6 jam lalu, Piers tiba sekitar 12 jam lalu, dan kau sudah 2 hari yang lalu. Sedangkan kita masuk ke dalam Pentagram Demon bersama-sama. Aku yakin ada yang salah sejak awal dan hal itu membuat perbedaan waktu di antara kita" ucapku menjelaskan sambil memperhatikan dua orang ini melahap roti.

"Aku tak berharap apapun, aku hanya berharap aku menemukan siapa saja di hutan ini" kata Xavier.

Ku tatapi Xavier, "Dan kau, bukankah seharusnya kau berpaling dan menghidariku seperti yang biasa kau lakukan? Tidakkah kau takut denganku?"

Dia menyudahi makannya dan menatapiku juga, "Aku tak takut. Namun, aku hanya begitu terkejut saat merasakan aura Hybrid di dalam dirimu. Begitu asing, begitu kuat. Aura itu membutakanku dan membuatku marah denganmu. Lagipula kita sudah saling mengenal di hari pertama masuk ke Akademi, namun bukannya kau menceritakan hal itu pada teman pertamamu, kau malah membagikannya ke teman sekelompokmu. Maksudku, aku kecewa akan hal itu. Aku ini juga temanmu, jika kau mengatakannya sejak awal, aku tak akan sekecewa itu padamu."

"Padahal aku telah menceritakan tentang masalahku dengan adik kembarku, tapi hari itu kau tak bercerita apa-apa" sambungnya lagi.

Aku terdiam sebentar, lalu terkekeh, "Maafkan aku telah membuatmu kecewa dan tak menghargai posisimu sebagai temanku. Namun, aku tak mempermasalahkan kejadian di antara kita terjadi. Aku bahkan bersyukur sesaat, jadi kau tak akan berdekatan denganku, kau tak akan terluka akibatku. Tapi percayalah, itu seakan mimpi terburuk yang pernah ada."

Xavier tersenyum dan memegangi bahuku, "Aku juga minta maaf. Seharusnya pula aku tak begitu padamu. Harusnya aku mengerti kondisimu yang melebihi masalahku. Namun, jangan menanggung semuanya sendirian. Kau punya banyak teman, kau bisa membagikan masalahmu dengan teman-temanmu ini."

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang