Setelah 3 hari di rumah sakit akademi, kondisi Gara mulai membaik, hari ini ia sudah bisa turun dari kasurnya. Terlebih Areth yang telah sadarkan diri, meskipun dia masih harus dipasangkan penyangga pada lehernya. Gara menolehkan kepalanya ketika perawat tengah melepaskan perban ditubuhnya, dia melihat ke arah Areth yang ternyata sedang menatapinya. Selesainya, Gara langsung melangkah ke tempat tidur Areth yang tak jauh darinya, dia berdiri di samping Areth sembari memperhatikan wakah kesal laki-laki itu.
"Kau tampak senang" kata Areth.
"Aku masih belum puas" sahut Gara.
Areth pun membenarkan posisinya menjadi duduk bersandar, "Tak puas karena aku belum mati?"
"Karena kau masih belum mengakuiku."
"Serius, kau masih memikirkan tentang itu? Padahal sudah jelas sekali, aku kalah dan kau menang, bukankah itu sudah membuktikan?"
Gara menggeleng, "Aku ingin dengar dari mulutmu sendiri."
Dengan malas Areth memutar bola matanya sambil menghela nafas panjang, "Aku tak menyangka hal ini akan terjadi. Tapi kau adalah satu-satunya orang di akademi yang mampu mengalahkanku. Padahal, kau hanya anak kecil berumur 8 tahun. Apakah itu semua ada sangkut-pautnya dengan yang orang-orang bicarakan tentang dirimu?"
"Maksudmu, aku yang seorang Hybrid?"
Dia mengangguk, "Saat di lapangan tanding, ketika mata kita bertemu, aku sudah tau bagaimana nasibku. Aku berusaha untuk menyangkal, tapi aku akui... Bukan karena aku kalah, namun kau memang lebih kuat. Jauh lebih kuat dibandingkan diriku ini. Hanya saja, sepertinya kau tak menggunakan sepenuhnya kekuatan yang kau miliki."
Sebentar Gara terdiam mendengar ucapan Areth, lambat laun, ia tersenyum simpul yang nyaris tak disadari Areth sendiri, "Tentu saja, aku ini masih 8 tahun."
"Hahahaha!" Areth tertawa paling keras, disusul Gara yang hanya terkekeh terikut tawa lepas Areth.
"Sekarang, kau yang memegang posisi-"
"Aku tak ingin posisimu, jika Mrs. Daphne menginginkanku menjadi seorang Defender, maka aku akan menjadi seorang Defender untuk timmu" potong Gara dengan cepat. Sebab ia tau, posisi yang di miliki Areth adalah sesuatu yang berharga dan tak bisa dilepas olehnya begitu saja. Dia tau, sejak bertahun-tahun sebelum kehadirannya di akademi, Areth menguasai posisi Core yang tak pernah digantikan oleh siapapun.
"Kau yakin, Gara? Semua orang berusaha untuk menjatuhkanku demi posisi yang ku pegang, tapi kenapa kau malah menolaknya seakan itu bukan sesuatu yang penting?" Tanya Areth yang begitu kebingungan atas sikap Gara.
"Kau benar, itu bukan sesuatu yang penting bagiku. Tapi aku tau, kalau itu penting untukmu. Aku tak bisa begitu saja merebutnya darimu, lagipula, kau jauh lebih hebat dibanding diriku untuk memegang posisimu itu" jelas Gara.
"Sungguh, Gara. Aku telah salah menilai mu. Ku pikir kau sama halnya dengan orang-orang di sini" ucap Areth sambil tersenyum kepada Gara.
"Tapi, ku dengar ada alasan lain dibalik Mrs. Dhapne menyuruhku untuk mengganti teman seanggota timmu?" Tanya Gara.
Areth mengangguk, "Akan ada pertandingan bulan depan, itu pertandingan internasional. Kita tak hanya akan berhadapan dengan serigala tapi makhluk lain di luar sana. Dan hal yang membuatku takut karena telah kehilangan Defenderku adalah, bertemu dengan tim Skarfaloma dari Akademi Negeri Nitmedden."
Mendengar nama akademi itu, membuat Gara mengerutkan keningnya intens, "Akademi Negeri Nitmedden?"
"Benar. Mereka sangat kuat, Gara. Terlebih setelah mereka menaikkan 2 anak tahun kedua ke dalam tim mereka. Bisakah kau bayangkan betapa takutnya diriku kepada mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia; The Hybrid.
AdventureKelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia...