CHAPTER 47: Doctrines Of The Western Nations.

17 1 0
                                    

SAGARA POV

Kami kembali ke Akademi dengan selamat, tak ada yang harus terluka, tak ada pula yang harus dikhawatir. Kecuali ketika kami dihadapkan pada Mr. Neanderthald karena perbuatan kami sendiri. Benar, meskipun kami berhasil mengelabui semua orang, namun konsekuensi itu sendiri ada di tangan kami. Seperti Light yang hampir saja menjadi potongan daging segar.

Untung saja Mr. Neanderthald tidak mengeluarkan kami dari Akademi, namun sebagai penebus kesalahan kami, kami harus menuruti hukuman yang telah di berikan. Seharian kami harus menangkap tikus tanah yang ada di kebun Akademi, tikus itu pula menjadi nyata dari karangan Selena untuk mendapatkan debu ajaib.

Jika dispensasi itu saja yang diberikan oleh Mr. Neanderthald, mungkin banyak murid yang juga akan melanggar aturan. Kami harus menyusun buku-buku baru di rak perpustakaan yang begitu tinggi, dan terakhir berlari mengelilingi lapangan di hutan 3 kali.

Hari-hari kami kembali normal setelahnya. Tak ada lagi melanggar aturan, tak ada lagi ide gila dari Dylan. Saudaraku itu pun terus saja tertawa mengingat bagaimana kami akhirnya ketahuan oleh para guru. Setiap saat aku bertemu dengannya, dia akan selalu begitu.

Aku pula tak menyesal meskipun mendapatkan banyak hukuman dari Mr. Neanderthald sendiri, sebab keinginanku tercapai. Aku bisa melihat ayah naik tahtanya. Aku bisa ibu yang cantik dengan gaun kerajaan Angkara, dan aku bisa melihat kak Allegro.

Saat ini aku sedang di kelas tambahan, kelas antropologi. Kelas yang mempelajari tentang manusia. Tidak banyak pula yang mengambil kelas ini, tak sampai ada 20 orang sekiranya. Kebanyakannya bahkan para bangsa penghuni langit.

"Maafkan aku, Mr. Walbrint. Tadi aku di panggil ke ruang pengajaran sebelum kemari" suara itu membuat semua orang menoleh ke arah pintu. Di sana Castiel berjalan dan menghampiri Mr. Walbrint yang ada di depan, sedang membuka halaman buku untuk memulai kelas.

"Tak apa, lagipula kelas belum dimulai. Kau bisa duduk bersama Gara di sana" ucap Mr. Walbrint menunjukku. Seketika semua orang menatapiku dan berbalik untuk berbisik-bisik seperti yang semua orang lakukan akhir-akhir ini.

Benar, kejadian malam itu masih membuat semua orang menjauhiku. Bahkan Declan mencoba menyembunyikan ketakutannya setiap kali kami bertemu, dia selalu berusaha terlihat lebih baik dari orang-orang. Kadang saat Declan berbicara padaku, aku ingin tertawa saja melihatnya seakan ingin lari dariku. Sementara kebencian orang-orang semakin menjadi-jadi setiap hari.

"T-tak apa Mr. Walbrint, aku akan-"

"Duduklah dengan Gara dan aku akan memulai kelas."

Castiel mengangguk ragu dan berjalan pelan ke arahku. Pandangan kosong itu membuatku yakin, kalau ia mencoba untuk mengusir hal-hal negatif di pikirannya. Saat sampai di sampingku, dia masih berdiam diri, seakan sekujur tubuhnya membeku saja.

"Castiel" panggilku menyadarkannya.

"Ah! Y-ya Gara...?"

"Apa kau akan terus berdiri?"

Castiel menggeleng cepat dan mendudukkan dirinya di kursi panjang sampingku. Meskipun aku tau dia duduk di ujung kursi, tapi biarkanlah. Selama dia nyaman. Lalu kelas pun dimulai.

Selama itu pula tak ada yang bersuara di antara kami. Castiel hanya berbicara pada murid di depan, meminta mereka untuk menjelaskan beberapa hal yang tak dimengerti olehnya. Aku pula tak ingin membuatnya risih dengan mencoba memperbaiki keadaan.

Aku hanya fokus mendengarkan Mr. Walbrint si makhluk surga yang terus menjelaskan tentang peradaban manusia dan hak asasi mereka. Lalu aku mulai mengingat tentang kejadian saat Light di tangkap di bar minggu lalu. Banyak manusia di sana.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang