CHAPTER 15: A Letter From Brother.

29 2 0
                                    

Sungainya terbilang jauh. Cukup jauh sampai kami semua kelelahan. Kami sampai beberapa waktu lalu.

Semuanya kagum dengan penampakan alam Astbourne yang indah. Bagaimana tidak, sungainya yang besar dengan arus yang tenang membuat rasa lelah kami hilang begitu saja. Area ini juga merupakan area terbuka. Diseberang sungainya, terdapat sebuah ladang rumput yang membentang luas. Kami semua melihat tebing yang sangat tinggi dibelakang ladang rumput itu.

"Baiklah, lakukan tugas kalian. Tapi apa kalian yakin dengan cara kerja seperti ini?" Mr. Chairoz menunjuk anak laki-laki dan anak perempuan. "Kalian yakin memberikan semua pakaian itu pada tujuh anak perempuan?"

"Mereka berjumlah 7 orang Mr. Chairoz, jika mereka tidak bisa melakukannya, aku tidak sanggup pikir lagi. Lagipula mereka tidak perlu kembali dua kali untuk mencuci" ucap Jack dengan jelas, seakan ingin didengar oleh para anak perempuan.

"Tentu saja kami bisa melakukannya. Aku pikir juga kalian tidak akan sanggup kembali dua kali untuk mengangkut air" Selena membalas dengan tatapan malas ke arah Jack dan anak laki-laki lain.

"Kita lihat siapa yang tidak akan sanggup melakukannya" ucap Jack.

"Ayo, kita lihat."

"Wow, kalian punya masalah?" Kaget Mr. Abraham. Namun tidak ada yang bersuara.

"Apapun itu, aku serahkan tugas ini pada kalian. Setelah kalian selesai mengangkut air satu kali, tunggu di sini sampai kami berdua kembali. Lakukan apa saja, tapi jangan kemana-mana" ucap Mr. Chairoz sambil memijat pelipisnya.

"Guru mau kemana?" Tanya Azalea Twyla dari Mermaid clan.

"Mengecek perbatasan, sepertinya beberapa burung mengganggu perlindungan Akademi. Kami pergi dulu, ya" ucap Mr. Abraham.

Dan seperti itulah, kedua guru itu meninggalkan kami sendirian disebuah tempat yang sangat asing. Tidak ada yang angkat bicara ketika guru benar-benar menghilang. Ah, aku tidak suka suasana seperti ini.

"Ayolah, jika kalian terus-terusan diam seperti ini, bagaimana air itu akan sampai ke asrama dan pakaian itu kembali bersih?" Ucapku sambil mengambil keranjang milik Selena, mengeluarkan baju-baju bersih yang ada dan meletakkannya disebuah batu besar didekat kami.

Aku melepaskan pakaianku begitu saja, kecuali celanaku, dan meletakkannya didalam keranjang tadi yang sudah kosong. Di sana aku juga menemukan sebuah sabun dan penyikat. Seperti tanpa peduli menatap satu per satu dari mereka. Yang lain mulai bergerak, melakukan seperti yang aku lakukan.

"Haruskah aku yang menuntun kalian jika terus seperti ini?" Tanyaku ketika masih saja tidak ada yang bersuara.

"Kalian tidak masalah jika kami tidak memakai baju?" Tanyaku pada anak perempuan.

Mereka menggeleng sambil melihat kami perlahan, "Tidak, lagipula kita 'kan harus terbiasa." Begitu kata Aera dengan wajahnya yang memerah.

Carina Centaurus si Wizard dan Chandra Sovetsky si Mermaid tertawa tiba-tiba karna melihat wajah anak perempuan, "Lihat itu, mereka malu." Yang lain mulai ikut tertawa, begitu juga aku.

"Kami tidak malu" bantah Titania sambil melihat kearah lain.

"Ah, kalian tetap manis kok saat sedang malu" puji Ashla Lachelle si Angel, dan hal itu membuat anak perempuan semakin menjadi-jadi.

"Cukup, ayo kita kerja" kata Selena yang sudah lelah menahan wajahnya karna malu. Mereka membawa keranjang-keranjang yang sudah dipenuhi pakaian kotor itu ke pinggir sungai. Anehnya, di sana terdapat sebuah panggung papan yang cukup untuk banyak orang, seperti untuk menceburkan diri ke sungai. Mungkin benda itu sudah digunakan oleh para murid terdahulu kami.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang