CHAPTER 29: The Bond That Gets Stronger.

21 2 0
                                    

Malam tiba dengan cepat tanpa terasa. Matahari masih tergantung di langit sana, dengan bintang-bintang yang muncul satu persatu. Saat ini, semua orang tengah menyantap makan malam. Sambil menikmati suasana kebun yang dihiasi dengan lampu-lampu taman, atau cahaya dari bunga-bunga.

Angin sepoi-sepoi kecil menyelimuti lembah Astbourne, sadar akan beberapa awan yang tiba-tiba menjadi kelabu. Suara-suara petir dan kilat menghiasi langit, seperti sedang terjadi pertempuran di atas sana. Membuat bintang besar dan kecil di langit kian menghilang, bersembunyi dibalik awan-awan.

"Ah, sepertinya hujan akan datang. Yang sudah selesai makan, langsung kembali ke asrama" itulah perintah Declan.

Aku pun langsung bangun, menyudahi makanku. Dengan langkah biasa, aku berjalan ke meja hidangan dan meletakkan piringku di sebuah meja kosong, sebagai tempat piring-piring kotor. Sayangnya aku punya pendengaran yang tajam, aku tidak sengaja mendengar beberapa orang membicarakanku di meja makan, mereka bilang, "Semenjak ujian selesai, Gara menjadi sangat diam."

"Dia terluka, dia mengalami hari-hari yang buruk di sana. Pantas saja, bukan?"

"Apakah seburuk itu?"

"Mungkin dia hanya melebih-lebihkannya saja."

Aku bisa mendengarnya, walau mereka mencoba untuk berbisik sekecil apapun. Ketika hendak keluar dari pondok makan, tiba-tiba Light kembali. Aku mempersilahkan Light untuk mendarat dibahuku. Semakin hari, dia semakin berat dan besar saja. Light pasti akan menjadi satu-satunya burung gagak yang besar, kuat, dan cepat.

Ketika semua orang masih melanjutkan aktivitas mereka, aku yang masih berdiri di setapak jalan perkebunan mengambil gulungan surat dari kaki Light. Ketika aku buka, aku sangat senang, melihat tulisan tangan kak Allegro yang ku kenal.

"Ah, Gara akhirnya tersenyum. Surat itu pasti dari kakaknya."

"Entah kenapa, suasana menjadi lebih tenang saat suasana hati Gara seperti sekarang ini."

Kenapa mereka masih membicarakanku. Apa wajah senangku sangat kelihatan? Aku pun berjalan kembali ke asrama untuk membaca surat ini.

"Gara, mau kemana?" Pertanyaan Mr. Abraham membuat langkahku berhenti saat aku ada di persimpangan, ia sepertinya baru selesai dengan kelas terakhrinya.

"Ke asrama, aku ingin istirahat, dan membaca surat ini."

"Tunggu, kita harus mengganti perbanmu dulu. Anak-anak lain yang terluka, temui aku ruanganku" Mr. Abraham kembali melanjutkan perjalanannya ke kantornya. Dia sangat memperhatikan kesehatan anak muridnya.

"Syukurlah kau punya orang-orang yang memperhatikanmu. Banyak di luar sana anak-anak yang hidup tanpa dilirik sekalipun oleh orang lain."

Kau sungguh berhati, Saga.

Light ku lepaskan, dan dia terbang menuju asrama. Aku penasaran kenapa dia ke sana. Aku pun mengikuti Mr. Abraham. Masuk ke dalam kantornya dan menuju lantai dua, di sana ruangan pengobatan Mr. Abraham berada.

Seharusnya aku diobati oleh para Healer yang ada di rumah sakit Akademi, namun Mr. Abraham mengajukan diri untuk mengobatiku secara pribadi. Dia tidak ingin mengejutkan para Healer Akademi dengan kondisiku, dan terlebih untuk menjaga rahasiaku.

Saat tiba di lantai dua, guru sedang mempersiapkan alat-alatnya seperti biasa. Aku tidak akan pernah bosan untuk masuk ke ruangan ini. Banyak sekali benda-benda yang membuatku betah untuk berlama-lama.

"Duduklah, aku akan membantumu melepas pakaian."

Begitu saja aku menurutinya. Tentu, jika tidak sangat berhati-hati, lukaku bisa saja terasa kembali. Setelahnya guru mulai melepaskan perban di tubuhku.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang