CHAPTER 38: A House To Live In.

24 0 0
                                    

Tiba-tiba saja hujan turun sangat deras. Tapi aku cukup hangat dengan bulu-bulu dan suhu tubuhku. Aku tidak merasakan kedinginan berkat wujud serigalaku.

Saat ini aku berteduh di bawah pohon. Ditemani oleh Light yang ternyata terbang mengikutiku masuk ke dalam hutan. Dia burung gagak yang aneh. Entah kenapa dia sepertinya mengerti akan segala kondisiku. Seakan dia adalah manusia setengah burung.

Aku lari bukan karena aku takut dipojokkan mereka semua, tapi karna aku tidak ingin membahayakan orang-orang disekitarku. Bahkan aku tidak sadar telah melukai mereka seperti tadi. Namun aku penasaran dengan manik mataku, sampai mereka melihatku seperti itu.

Ah, aku sungguh sebuah bencana.

Aku ingin tau tentang Adam Sorcestia. Dia terlihat seperti orang penting dalam INTI, seakan dia adalah petinggi paling dihormati sampai bisa mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh disebarluaskan. Aku hanya tidak ingin siaran langsung itu mempengaruhi kenaikan tahta Ayah atau reputasi baiknya. Sudah jelas jika itu terjadi akan ada yang mengambil kejadian itu sebagai kesempatan bagus, entah untuk mementingkan diri sendiri atau apa lah.

Aku harus memberitau hal ini pada kak Allegro. Karena ku tau, dia jarang mendengar berita. Tapi bagaimana, alat tulisku ada di asrama. Tiba-tiba Light bersuara.

"Kau mengerti niatku?" Tanyaku. Lalu dia kembali bersuara. Tidak mungkin dia begitu mengerti.

"Mungkin kau mengerti, tapi bagaimana bisa kak Allegro akan mengerti bahasamu" ucapku hanya bermain-main dengan burung itu.

Light terbang dan turun ke tanah. Namun sebelum turun, tiba-tiba dia berubah, menjadi bentuk yang aneh. Seperti anak kecil yang lebih pendek dariku, dengan tubuh yang dipenuhi bulu. Tapi kakinya tidak berubah, masih sama dengan cakar Light yang tajam.

"Kau! Light, kau benar seorang manusia burung?!" Tanyaku sambil mengubah diri ke bentuk manusa, tubuhku ditutupi oleh bulu-bulu serigalaku.

Light kesusahan untuk berdiri dengan dua kakinya, aku pun langsung membantu. Dia lebih kecil dariku, mungkin tingginya setara saat aku berusia 4 atau 5 tahun.

"Light! Manusia burung!" Pekiknya.

Setelah bisa menyesuaikan diri dengan kedua kakinya, aku melepaskan tangannya agar dia belajar berdiri sendiri.

"Sepertinya ini kali pertama kau bertransformasi?" Dugaku.

Light mengangguk semangat, "Light sudah belajar!"

Dia berjalan sempoyongan, hampir terjatuh, tapi dia bisa melakukannya. Light bahkan melompat-lompat
dan tertawa kegirangan. Dia sepertinya senang karna bisa bertransformasi. Dia terlihat seperti anak-anak.

"Kau bisa menyampaikan pesanku tanpa harus ku tulis?" Tanyaku sambil mendudukkan diri.

"Light mencoba menghafalnya!"

Light ikut mendudukkan diri di depanku. Dia sungguh seperti anak-anak.

"Baiklah, katakan ini pada kakakku. Kak, sifat  ku muncul. Karena siaran langsung Elder bernama Adam Sorcestia yang membongkar identitasku, kerajaan dan dia juga menyebutkan nama ayah, seluruh orang di sini akhirnya tau bahwa aku adalah Hybrid yang dibicarakan banyak orang."

Aku melihat Light yang memperhatikanku dengan serius, lalu dia mencoba untuk mengulangi apa yang ku katakan.

"Kak, sifat Hybridku muncul. Karena siaran langsung Adam kerajaan ayah di sini adalah Hybrid."

Aku tertawa lepas mendengar pengulangan tidak jelas Light. Sungguh ini sangat menghiburku di tengah-tengah rasa gelisahku. Aku tidak akan membiarkan Light menyampaikan pesan ku, kalau begini jadinya. Bisa-bisa dia akan mengatakan hal yang lain.

Metanoia; The Hybrid.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang