Moona memangku pipinya sambil duduk. Sudah hampir beberapa jam berlalu setelah ia menciptakan langit ungu menyeramkan pada siang hari, dan sampai sekarang langit masih belum menunjukkan adanya perubahan walau sudah malam.
Ia kini duduk pada tahta yang tercipta dari reruntuhan di sebuah bangunan kosong yang telah lama ditinggalkan pemiliknya. Tahta dari reruntuhan itu begitu bersih dan nyaman, dan merupakan sesuatu yang dibuat Moona menggunakan kekuatannya.
Walau tempat yang ditempati Moona begitu kotor dengan reruntuhan-reruntuhan bangunan yang ada di kanan dan kirinya. Lalu genangan air yang menggema ketika tetesan air jatuh di atasnya.
Moona memangku pipi sampai memejamkan mata. Ia sedang menunggu seseorang, tapi kedatangan mereka jauh lebih lama dari yang diduga. Namun, Moona yakin kalau mereka akan segera datang, semuanya hanya tinggal masalah waktu saja.
Dan benar apa yang Moona pikirkan.
Suara genangan air menggema di ruangan ini, beberapa kali. Dan lebih berat dari tetesan air. Lalu setelah Moona membuka matanya, sembilan orang telah berada di depannya, membuat Moona mau tidak mau bereaksi.
"Lama juga kalian."
"Terima kasih karena telah menunggu kami, Moona," ucap Anya sarkas.
"Hey, Dewi Bulan. Apa ada kesempatan kalau Moona bisa kembali menjadi seperti semula?" tanya Ollie.
"Entahlah. Jika kalian berusaha, mungkin kesempatan seperti itu masih ada. Tapi yang pasti sekarang, saat ini ia melihat semua kejadian dengan kesadaran penuh, menangis tanpa henti menyesali keputusannya."
Kata-kata Dewi Bulan itu membuat Iofi murka. "Kau ...!" Tapi Anya menahannya, ia tahu kalau Moona hanya mencoba untuk memancing emosi mereka.
"Kiara, aku tidak suka dengannya. Boleh aku serang?"
Sementara Gura merasa jengkel pada Moona, padahal sebenarnya ia tidak ada hubungannya dengan ini, tapi tetap saja ia jengkel.
"Tahan sebentar lagi, Gura. Aku juga tidak sabar untuk menghantam wajahnya."
"Siapkan pedangmu." Zeta memberitahu Alam.
"B-Baik." Alam mengeluarkan pulpen-pedang yang diberikan Kaela kepadanya dan memasang posisi waspada.
Sementara Moona melihat ada yang kurang dari formasi mereka. Benar, tidak ada gadis pirang alias Amelia yang menurut Moona paling berbahaya karena bisa menahan efek penghentian waktu miliknya.
"Hey, mana teman kalian si rambut pirang itu?" tanya Moona.
"Kau pikir kami akan memberitahumu?!"
Yah ... itu adalah berita bagus bagi Moona jika tidak ada penghalang paling besar baginya. Lagipula jika tidak ada yang bisa membatalkan efek penghentian waktu miliknya, maka ia sudah menang bahkan sebelum pertarungan ini dimulai.
"Kalian benar-benar bodoh, ya?" Moona tersenyum iba.
Ia kemudian mengarahkan tangannya ke depan. Dengan senyum percaya diri, Moona merapalkan mantra dan memfokuskan aura miliknya ke telapak tangan. Dan setelah itu menembakkannya ke sekitarnya.
"Berhenti!"
Moona telah mengaktifkan efek penghentian waktunya. Suasana begitu sunyi, daun berhenti jatuh ke tanah, riak air tak sampai ke ujung, dan burung-burung berhenti berkicau.
Senyum masih terpancar pada mulut Moona. Sekarang ia tinggal menyelesaikan sembilan orang yang ada di depannya. Untuk Amelia? Moona akan menganggap ia beruntung karena dia tidak ada di sini sekarang, ia juga tidak ingin menyibukkan dirinya hanya untuk satu manusia saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3