Alam masih terjatuh pada lututnya terkulai lemas. Ia belum sepenuhnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Zeta.
Kobo dan Kaela sudah .... Tidak, tidak mungkin dia benar-benar melakukannya, kan? Namun, meski ingin bilang begitu, Alam kembali teringat tatapan wajah Zeta beberapa saat sebelum dia pergi.
Wajah penuh dengan keseriusan dan tanpa ampun. Tetapi di sisi lain, ia merasakan raut kesedihan dan penyesalan di sana. Zeta memang selalu serius dan dingin, tapi kesedihan dan penyesalan adalah hal baru baginya. Itu yang membuat Alam sedikit percaya dengan apa yang dikatakan Zeta.
“T-Telepon ... c-coba telepon Kaela.”
Alam ingin memastikannya sendiri. Ia meraih telepon di saku celananya, tapi itu tidak ter genggam dengan erat dan jatuh ke samping. Tangannya lemas dan bergetar hebat karena shock.
Alam mencoba sekali lagi. Dia mengambil telepon genggam nya yang terjatuh dan menelepon nomor Kaela. Beberapa saat berdering dan tanpa jawaban sampai akhirnya mati karena tidak ada yang mengangkatnya.
Dirinya tidak putus asa. Sebelumnya Alam menelepon lewat aplikasi Whatsapp, kali ini ia mencoba untuk menelepon pulsa. Sama. Beberapa saat berdering dan tak ada yang menjawab. Sampai pada akhirnya muncul suara wanita yang memberi Alam sebuah harapan kecil.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silakan hubungi lagi di lain waktu.”
Kemudian panggilan terputus. Harapan langsung sirna begitu saja ketika suara wanita berbeda dari yang Alam inginkan.
Meski begitu, dia tetap tidak ingin spekulasi lebih jauh terlebih dahulu sebelum benar-benar melihat yang sebenarnya. Benar. Meski Zeta sudah bilang begitu, ia masih harus mencari kebenarannya. Siapa tahu yang Zeta bilang hanya sebuah gertakan.
Alam mencoba meyakinkan dirinya dan membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Ia berjalan menuju belanjaan yang sebelumnya dia jatuhkan dan mengambilnya. Dan dari dalam salah satu plastik, sebuah bungkus kacang jatuh mengelinding, makanan favorit Risu yang sampai saat ini orangnya belum juga pulang.
Mata Alam terbelalak menyadari sesuatu. Dengan tergesa-gesa, ia berlari menuju ke kos-kosan dan sampai ketika ada Iofi dan Moona yang sedang membersihkan halaman di sana.
“Hah ... hah ....” Alam masih mengambil napas karena berlari tanpa istirahat.
“Wow, wow, apa kau baik-baik saja? Kenapa buru-buru gitu?” tanya Iofi.
“Risu! Apa Risu sudah pulang?!” tanya Alam panik.
Sementara Iofi dan Moona yang bingung kenapa Alam kalang kabut begitu saling memandang satu sama lain keheranan.
“Tidak, dia belum pulang,” jawab Moona.
“Paling juga sebentar lagi pulang, dia kalau lapar juga balik sendiri.” Iofi mengangkat bahunya, menyepelekan Risu yang belum pulang sampai sekarang.
“Alam, apa semua baik-baik saja?” tanya Moona. Sepertinya ia sadar kalau kondisi saat ini bukan candaan.
“Kita lapor polisi sekarang. Aku punya firasat buruk tentang ini.”
“Apa kau yakin?”
“Iya. Biasanya Risu hanya tidak pulang selama tiga hari, tapi sekarang sudah berapa hari?” balik tanya Alam.
Moona dan Iofi menyadari hal itu. “Ini sudah hampir seminggu, sih,” celetuk Iofi.
“Kalau begitu, aku siap-siap dulu.” Moona langsung masuk ke dalam kamar untuk bersiap dan ganti baju.
“Eh? Ah ... aku juga siap-siap!” Iofi ikutan.
Ketiganya akhirnya berangkat menuju ke kantor polisi untuk melaporkan tentang orang hilang. Deskripsi Risu sedikit mereka selewengkan karena sebenarnya Risu bukanlah manusia, jadi mereka tidak menyebutkan tentang telinga dan ekor tupai miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fiksi Penggemar(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3