Tiga orang gadis SMA sedang menenteng masing-masing dua plastik penuh di kedua tangan mereka di malam yang sudah larut. Isi plastik itu terlalu banyak sampai ada beberapa yang mengintip keluar, beberapa di antaranya adalah jagung dan daging.
Isi belanjaan mereka bisa dimaklumi karena sekarang adalah malam terakhir di tahun ini. Dengan kata lain, malam tahun baru. Perjalanan pulang mereka lalui dengan santai dan percakapan akrab. Tapi keceriaan itu seketika sirna ketika mereka melewati sebuah blok perumahan.
“Y-Yakin nih kita lewat sini?”
“Ih, aku takut. Bisa lewat jalan yang lain aja gak, sih?”
“Tapi ... kita harus muter setengah jam kalo lewat jalan lain.”
“T-Tenang. Aku yakin kita gak bakal kenapa-napa. Pokoknya jangan sampai pisah dan jalannya sambil cepet-cepet.”
Mereka bertiga ketakutan. Rumor mengatakan kalau jalan di blok ini angker. Sering terjadi kejadian-kejadian aneh di dekat sini, di sini juga terdapat sebuah kos-kosan di blok ini yang menyimpan banyak sekali desas-desus mistis. Seperti gadis dengan banyak jahitan di tubuhnya dan kuntilanak yang suka menjahili orang lewat.
Terlebih mereka pernah mengalami kejadian mistis tersebut dengan mata kepala mereka sendiri. Pada saat pulang sekolah dan langit sudah sore, mereka dipanggil oleh sesosok anak kecil dengan wajah mengerikan.
Namun, waktu tengah malam sudah hampir tiba. Dan mereka tidak ingin memutar sejauh tiga puluh menit hanya karena ketakutan. Jadi dengan hati yang ragu, mereka bertiga akhirnya maju.
Ketiganya saling berdempetan, memeluk lengan temannya, dan langkah mereka juga semakin cepat. Blok sepi serta lampu jalan yang kelap-kelip tidak berfungsi dengan baik menambah keangkeran tempat ini. Salah satu dari mereka menyalakan senter dan mengarahkannya ke bawah supaya tidak tersandung sesuatu di jalan.
Blok yang gelap dan sepi ini cukup panjang dan sekarang mereka masih sampai setengah jalan.
“Jalannya cepetan, kek!”
“Sabar atuh, gelap, nih! Mau kesandung nanti pas jalan?”
“Masih jauh geh jalannya. Emang harusnya tadi kita lewat jalan muter aja.”
“Eh?”
Tapi saat mereka sedang berdebat, ketiganya kompak bilang ‘eh?’ ketika senter yang mereka pakai menangkap sepasang kaki yang aneh. Sepasang sepatu yang tak sama dan kulit kaki yang tidak memiliki warna seperti manusia, bahkan jauh dari kata kulit sehat. Gadis itu perlahan mengarahkan senter ke atas dan sampai ke wajahnya.
Wajah penuh jahitan dengan kulit ungu dan abu-abu. Lalu bola mata yang tidak sama. Membuat ketiganya bernapas berat lalu setelah itu berteriak keras dan berlari ke arah mereka datang, meninggalkan semua belanjaan mereka termasuk HP yang dipakai buat senter.
“S-S-SETAN !!!” teriak para gadis itu sambil berlari.
Sementara orang yang diteriaki setan, menatap mereka dalam kebingungan. “Mereka kenapa dah?” Orang itu adalah Ollie.
“Paling mereka takut sama wajahmu.”
Di belakang Ollie juga terdapat dua temannya, yaitu Anya dan Reine. Seperti tiga gadis sebelumnya, mereka juga baru pulang beli belanjaan untuk malam tahun baru. Ollie yang membawa paling banyak belanjaan mereka, Anya hanya satu, dan Reine tidak bawa apa-apa. Ia malah mengambil belanjaan yang ditinggal ketiga gadis tadi.
“Ini mau dikembalikan atau gimana?” tanya Reine.
“Ambil saja, kau juga tidak tahu kan rumah mereka dimana?” ucap Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3