Zeta pergi meninggalkan rumah Kaela dengan keadaan lemas. Saking lelahnya dengan keadaan yang dia hadapi, setelah menangis, ia tertidur dari sore hari sampai sekarang sudah hampir jam sebelas malam di depan pintu ruangan kerja Kaela.
Rambutnya berantakan. Matanya sembab dan masih merah. Suara serak karena menangis sejadi-jadinya dan tercipta lingkaran hitam di bawah mata lelahnya. Meski dengan keadaan begitu, ia tetap pergi dari sini.
Tanpa mandi atau membersihkan bajunya yang kotor, Zeta memesan sebuah taksi online dan pergi ke tempat yang cukup jauh dari sini.
Dia masuk ke dalam mobil. Sang pengendara yang melihat penampilan Zeta dengan kaca tengah bingung dan bertanya, sedikit ketakutan.
“A-Apa Anda baik-baik saja?” tanya Sang Supir.
“Jalan saja.” Zeta menjawab lemas. Tidak tertarik untuk basa-basi.
“B-Baik.”
Meski ketakutan, karena dia sudah dipesan oleh Zeta, sang supir mau tidak mau harus mengantar Zeta ke tempat tujuannya.
Jika kalian masih ingat dengan Zeta yang membawa gadis HoloID ke tempat dengan jalan yang mengitari bukit-bukit saat pertama kali ingin menculik mereka, kini Zeta sedang menuju ke sana.
Dia sedang menuju markas cabang Organisasi Voluspa di Indonesia. Namun di peta taksi online, itu hanya sebuah kebun luas tanpa bangunan. Membuat Sang Supir ketakutan jika yang dibawanya bukan manusia. Terlebih Zeta memesan pada jam hampir tengah malam dan pakaiannya ada bercak darah.
Matanya selalu awas ke kaca tengah memastikan apakah Zeta masih di sana atau tidak. Tentu saja Zeta masih ada di sana, menunduk penuh dengan pikiran di kepalanya.
“Maaf, Neng. Tapi Neng ini manusia, kan?”
Ketakutan Supir tadi tidak tertahankan lagi membuatnya bertanya pertanyaan yang cukup aneh.
“Huh? Aku? Manusia?”
Sementara Zeta mengartikan lain pertanyaan Sang Supir tadi. Dengan yang baru saja ia lakukan sebelumnya, ia tidak tahu apakah dirinya masih manusia. Mengkhianati teman-temannya yang telah memperlakukan Zeta dengan baik, ia tidak yakin bisa menatap mata teman-temannya lagi.
“Tidak ... aku bukan lagi manusia,” jawab Zeta.
Jawaban Zeta membuat Sang Supir merinding, karena mereka sedang membicarakan dua konteks yang berbeda. Meski begitu, ia tetap mengantar Zeta ke tujuan. Bintang lima buat pak supir.
Bahkan ketika mereka sampai ke tempat tujuan, tidak ada bangunan di sana. Bagian kanan jalan adalah bukit penuh tumbuhan dan pohon lebat sementara di bagian kiri jalan adalah jurang yang hanya dipisahkan oleh pembatas jalan.
Zeta menembus ke dalam pohon-pohon lebat tadi dan tak lama menemukan sebuah jalan setapak dan anak tangga. Zeta mulai menaiki tangga, sekitar dua ratus anak tangga sebelum akhirnya sampai ke sebuah pos penjagaan.
“Siapa itu?!” Dua penjaga lengkap dengan senjata berat dan rompi peluru lengkap menodong Zeta.
Zeta mengangkat tangan menyerah, tidak berniat melawan. Tidak juga mengatakan sepatah kata pun, dan mereka berdua terkejut dengan keberadaan Zeta. Salah satu dari mereka mengambil alat komunikasi dan menghubungi seseorang.
“Lapor, dia benar-benar datang .... Baik, kami tidak akan menembaknya .... Baik.”
Setelah itu mereka menurunkan senjatanya dan menyuruh Zeta untuk menunggu di sini sebentar. Ia pun menurut.
Setelah beberapa saat, akhirnya seseorang datang menjemput.
“Aku memang sedikit berharap, tapi tidak kusangka kau akan benar-benar datang, Vestia Zeta.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3