Beberapa bulan telah berlalu semenjak Hoshi diterima kerja di toko percetakan ‘Sultan Digital’. Dan semuanya berjalan tanpa kendala.
Hoshi sudah mulai mengerti apa-apa saja yang harus ia kerjakan dalam tugasnya sebagai call center service. Semua berkat bantuan teman se-divisinya yang memberinya berbagai macam saran dan Pak Andi yang terus mendukungnya.
Benar-benar lingkungan kerja yang diidamkan semua orang.
Bagi ‘Sultan Digital’, Hoshi adalah wajah mereka di dunia maya. Jadi sebisa mungkin Hoshi tidak boleh salah mengucap atau semacamnya jika reputasi mereka tidak ingin rusak.
Oleh karena itu, ia selalu mengingat saran dari Pak Andi. Tenang dan selalu berpikir dengan matang dalam berbicara. Karena kebanyakan dari klien Hoshi adalah perusahaan-perusahaan besar yang tidak ingin repot-repot datang langsung ke toko ini.
Tapi meski semuanya berjalan lancar, tetap saja ada sesuatu yang tidak inginkan dan mengusiknya. Contohnya adalah ketika ada seseorang menelepon nomor perusahaan tapi tujuannya tidak jelas.
‘Kriing!’
Telepon call center service berbunyi dan Hoshi mengangkatnya.
“Selamat siang, kami dari ‘Sultan Digital’ melayani cetak buku, majalah, banner, ID card, dan semacamnya. Apa ada yang bisa kami bantu?”
“Siang~ Itu ..., apa kamu bisa membantu mencarikan nomor pacar saya? Kebetulan saya lupa nomornya.” Suara laki-laki terdengar dari balik telepon.
Hoshi tidak mengerti kenapa orang sepertinya bisa memiliki nomor perusahaan Sultan Digital, dan Hoshi juga ingin sekali menolaknya. Tapi beruntung ia mengingat pesan Pak Andi yang menyuruhnya untuk selalu tenang dalam kondisi apapun. Apalagi jika menghadapi kondisi seperti ini.
“Maaf, tapi kami tidak bisa melayani hal seperti itu. Masalah itu berada di luar kemampuan kami,” ucap Hoshi yang masih mempertahankan senyumannya.
“Oh, jadi begitu.”
Laki-laki itu terdengar kecewa. Sementara Hoshi menghela napas lega dalam diam, ia merasa kalau ketidakjelasan ini akan segera selesai. Tapi ternyata tidak, ia tidak menyerah semudah itu.
“Kalau begitu, apa aku boleh menelepon nomor ini untuk menghubungimu lagi? Suaramu sangat indah di dengar, pasti wajah pemiliknya juga cantik. Siapa tahu kita bisa melangkah lebih jauh.”
Urat kesal tercipta di dahi Hoshi. Laki-laki itu malah terus menggoda Hoshi, padahal dia menghubungi nomor ini karena ingin mencari nomor pacarnya yang dia lupakan.
“Maaf, kalau bisa jangan ke nomor ini. Saya akan memberikan nomor lain.”
“Benarkah?! Kalau begitu akan aku tunggu~”
Hoshi kemudian memberikan nomor kantor polisi setempat kepadanya dan langsung menutup lalu memblokir nomor laki-laki tadi dari daftar perusahaan.
“Hah ... ada-ada aja, manusia,” gerutu Hoshi.
“Kenapa wajahmu itu? Kayak habis ketemu hantu aja.” Vina datang menghampiri Hoshi.
“Ini lebih malesin daripada hantu. Ngomong-ngomong, kenapa kamu kesini? Kamu tidak di mejamu?” tanya Hoshi.
“Ah, soal itu ....” Hoshi baru sadar kalau Vina datang kesini juga sambil membawa sesuatu. “Bisa kau berikan paket ini ke Pak Andi? Baru datang dari pos, nih.”
“Bisa saja, sih.”
Hoshi kemudian mengambil paketnya. Vina kembali ke mejanya, sementara Hoshi ke ruangan Pak Andi. Ia mengetuk pintu sebelum masuk. “Permisi, Pak. Saya datang membawa paket anda.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3