“Alam ... apa kau menyukai Zeta?”
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Anya secara tiba-tiba, bahkan Alam dan Moona sama sekali tidak menyangka kalau Anya akan bertanya seperti itu.
“A-A-Apa yang kau bicarakan?!” tanya Alam dengan panik dan terbata-bata.
“B-Betul, tuh! Bu-Bukankah ini terlalu tiba-tiba?” Moona entah kenapa juga ikut panik.
“Jadi, kau benci dia?” tanya Anya lagi.
“Benci? Tentu saja tidak!”
Anya memiringkan kepalanya bingung. Tapi justru yang paling bingung di sini adalah Alam dan Moona, mereka tidak menyangka kalau seorang Anya yang polos -- walau mulutnya tajam -- bisa berbicara soal percintaan.
“Hmm ... aneh juga, ya?” Anya berpikir.
“Lagipula kenapa tiba-tiba bertanya seperti? Kesambet apa kamu?”
“Aku ini, saking bencinya dengan manusia sampai-sampai mempelajari seluruh hal tentang manusia, termasuk salah satunya adalah perasaan. Jadi aku bisa menebak siapa-siapa saja di sini yang menyukaimu dan yang disukai Alam.”
“S-Siapa?”
Entah kenapa Alam takut mendengar jawaban selanjutnya dari Anya, sementara Moona wajahnya juga sudah memerah dari tadi. Dan kemudian Anya mengangkat tangan.
“Aku. Aku menyukai Alam.”
Rasanya aneh. Mengatakan hal itu dengan wajah sedatar robot dan suara tanpa tanda excited membuat Alam tidak merasakan apa-apa ketika mendengarnya.
“Alam adalah satu-satunya manusia yang paling ku hormati setelah Tuanku. Kau baik walau sedikit galak. Kau mau menerima ku lagi yang sudah mengkhianati kalian sebelumnya. Kau sering mengorbankan kebahagiaan mu sendiri demi kebahagiaan orang lain. Entah itu adalah keputusan bodoh atau bukan.”
“Alam pernah melakukan keputusan yang lebih bodoh lagi sebelumnya, jadi itu memang sifat dia,” celetuk Moona. Yang ia maksud adalah menerima Zeta.
“Oi.”
“Tapi yang paling membuat ku kagum adalah, kau berani melindungi kami ketika kau tidak memiliki kekuatan apa pun. Kau memang manusia yang aneh, Alam, keanehan itu yang membuat ku penasaran dan akhirnya menyukaimu. Bahkan jika sekarang kau menyuruhku untuk mencium mu di bibir pun, aku tidak akan ragu untuk melakukannya.”
“Kumohon jangan katakan seolah itu sesuatu yang normal,” ucap Alam.
Dan setelah Anya mengatakan hal yang terakhir, Alam bisa merasakan merinding di sampingnya yang berasal dari aura Moona.
“Yang tadi itu cuma contoh! Bukan beneran! Sumpah!” Beruntung Alam bisa menjelaskannya dengan baik dan aura mengerikan Moona pun menghilang.
“Lihat, kan?” ucap Anya.
“Lihat apa?! Maksudmu lihat aku hampir digeprek sama Moona?!”
Alam menghela napas berat. Walau memang yang dikatakan Anya sebenarnya cukup tiba-tiba, tapi ia tidak menyangkalnya sedikit pun karena itu memang benar.
“Dan bukan hanya aku ....” Anya masih lanjut.
“Eh?”
“Semua orang yang ada di kos-kosan ini menyukaimu. Ollie, dia sangat berterima kasih padamu karena sudah menerimanya tinggal di sini. Reine juga, ia sudah tidak punya apa-apa di dunianya, jadi diterima di sini olehmu adalah sebuah keajaiban. Risu, kau menyadarkannya dan tetap memaafkannya meski Tuanku ada di dalam tubuhnya dan hampir menyerangmu.
Lalu, Iofi. Haha, dia itu ....”
Ucapan Anya tergantung membuat Alam penasaran. Sebenarnya wajahnya sudah merah brutal dari sejak awal pembicaraan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3