Beberapa jam telah berlalu semenjak Moona mengerang kesakitan dan kemudian masih tidak sadarkan diri. Langit sudah mulai menjadi jingga tanda sudah sore. Beberapa dari mereka juga sudah mulai kembali ke dalam, kecuali Iofi yang masih setia menemani.
Sementara Alam dan Amelia melihat Iofi yang tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Moona jadi sedikit khawatir. Ia khawatir kalau Moona bisa tidak sadarkan diri dalam waktu yang tidak menentu. Bisa sebentar, bisa juga lama.
“Apa Moona akan baik-baik saja?” tanya Alam khawatir.
“Itu semua tergantung Moona. Aku tidak bisa memastikannya, karena itu bergantung pada Moona dan makhluk yang ada di dalam tubuhnya.”
“Begitu, ya?”
Melihat Alam yang murung, Amelia menepuk punggung Alam untuk menyemangatinya. “Jangan patah semangat begitu, dong. Kau percaya Moona bisa melewatinya, kan?”
“Haha ... Kau benar. Yang perlu ku lakukan sekarang hanya percaya pada Moona.”
“??!!”
Seakan menjawab rasa percaya mereka pada Moona, kini sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi pada Moona. Iofi yang tidak pernah pergi dari dekat Moona kini berdiri karena melihat suatu perubahan pada diri Moona.
Kursi besi buatan Moona yang ia duduki tiba-tiba menghilang, membuat Moona jatuh ke tanah. Tapi tidak berhenti di situ, tubuh Moona yang tidak sadarkan diri kemudian melayang dan mengeluarkan sinar keungu-unguan yang sangat terang dan menyilaukan mata.
Lalu tak lama berselang, cahaya tersebut menghilang. Meninggalkan Moona yang tak sadarkan diri terbaring di tanah.
ID dan EN girls langsung menghampirinya, sementara Iofi yang sudah berada di dekat Moona dari tadi terus memanggil nama Moona mencoba menyadarkannya. Ia sempat terkejut karena cahaya tersebut.
“Moona, Moona! Apa kau bisa mendengarku?!”
Tidak ada jawaban. Membuat Iofi yang awalnya sudah khawatir menjadi semakin berantakan. Ia benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi pada Moona. Jadi ia hanya bisa memeluk dan menangis.
“Oi, kau ahli dalam hal seperti ini, kan? Apa yang terjadi pada Moona?”
Anya yang melihat itu kemudian menghampiri dan bertanya pada Amelia. Lagipula Amelia yang menyuntik Moona, jadi dia harus bertanggung jawab penuh bila terjadi hal buruk pada Moona. Begitu pikir Anya.
“Kau berpikir aku punya niat buruk?” tanya Amelia.
“Jawab pertanyaanku. Manusia sepertimu selalu melakukan hal licik yang tidak aku ketahui. Jika sesuatu terjadi pada Moona, orang pertama yang akan menerima akibatnya adalah kau, lalu setelah itu teman-temanmu.”
Ucapan Anya selaras dengan tatapannya yang dingin menusuk tulang, membuat Ina dan Gura merinding, sementara Kiara dan Calli menjadi waspada. Tapi dengan cepat Amelia mencairkan suasana tegang tersebut.
“Aku mengerti dengan kekhawatiranmu, tapi aku datang bukan untuk mencelakai--melainkan untuk membantu Moona.”
“Akan kuanggap seperti itu sekarang.”
Tapi untuk sekarang, konflik internal mereka harus terhenti. Karena tanpa Iofi sadari -- ia sedang menengok ke belakang mengecek Anya -- Moona telah berdiri.
Meski seharusnya itu adalah suatu berita yang bagus, tapi bulu kuduk mereka semua berdiri saat ini. Mereka seolah merasa kalau sesuatu yang sangat buruk akan terjadi, sesuatu yang bisa membunuh mereka.
Karena ketika Iofi melihat kembali ke arah Moona, sebuah cahaya ungu berbentuk bulan sabit sudah berada sejengkal dari leher Iofi mencoba untuk menebasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3