Hari H bazaar pun tiba. Cia dengan senyum semringah dan hati yang riang berjalan menuju kampus sambil membawa bahan-bahan makanan. Diikuti oleh Alam yang juga mengangkut bahan-bahan yang lebih banyak. Saking semangatnya, Cia membeli bahan-bahan lebih dengan uang pribadinya.
“Ayo, Alam! Jangan kelamaan!” ucap Cia yang sudah jalan duluan.
“Iya, iya.”
Mereka berjalan ke stand tempat mereka berjualan. Tidak seperti yang Alam miliki sebelumnya, kini mereka berada di bagian tengah, masih cukup dekat dengan pintu masuk utama, setidaknya lebih strategis dari yang sebelumnya.
Senyum Cia sedikit menular pada Alam yang ikut menyunggingkan senyum tipis, tapi ia masih sedikit kepikiran. Benar. Cia masih belum tahu soal masalah anggota kelompok yang lain.
Irfan, Ryu, dan Putri tiba-tiba keluar. Uang kas dan ide keduanya juga dibawa kabur oleh mereka untuk digunakan sebagai ide jualan stand mereka sendiri. Beruntung ada bahan-bahan yang dibeli Cia, tapi itu hanya sedikit, karena memang awalnya sebagai tambahan jika bahan utama kurang.
Namun Alam tidak ingin membuat Cia khawatir. Setidaknya akan ia ulur sampai waktunya tepat, ia akan lihat sejauh mana dia harus sembunyikan.
“Kita jadi yang pertama datang, nih! Irfan, Ryu, sama Putri nyusul kali, ya?” tanya Cia.
“Y-Ya, mungkin.”
“Hmm? Kenapa, Alam? Jangan-jangan kamu gugup, ya?” Cia sadar dengan ekspresi khawatir Alam dan kemudian mengejeknya. “Aku tidak menyangka orang seperti mu bisa gugup juga.”
“Kau pikir aku tidak bisa?” balas Alam datar.
“Hehehe ... habisnya selama kenal, wajahmu selalu tenang, sih. Jadi aku pikir kau tidak bisa gugup atau panik.”
“Tentu saja aku bisa. Aku hanya berpikir kalau tempat ini lebih ramai dari yang aku kira, bahkan ada panggung untuk konser.”
Mereka berdua melihat ke arah panggung yang berada di ujung belakang barisan bazaar, seolah menjadi tempat utama untuk berkumpul dan lapangan depan panggung yang masih tampak sepi.
“Ah, soal itu. Pihak BEM yang mengajukan ke pihak kampus untuk mendirikan panggung demi tugas akhir kita ini.”
“Heh~ Memangnya bakal ada bintang tamu yang datang?”
“Tidak ada.”
“Eh? Terus buat apa?”
“Kalau ada yang sukarela nyanyi bisa langsung naik aja.”
“Apa-apaan itu?”
Pihak BEM. Dengan kata lain Irfan dan kawan-kawan, ia tidak tahu rencana apa lagi yang dipikirkan olehnya, tapi Alam mungkin bisa memanfaatkannya.
“Cukup soal itu, mari kita siap-siap!” ucap Cia semangat.
Alam tersenyum. “Benar juga.”
Mereka berdua kemudian menyiapkan stand mereka. Bahan-bahan untuk produk makanan, minuman, serta sekalian alatnya. Setelah dua puluh menit, dengan ditempel nya menu di depan stand, menandakan kalau mereka sudah siap untuk buka.
Cia mengelap keringat di dahinya. “Wah, cukup melelahkan juga! Tapi mereka bertiga terlambat juga, ya?” lanjut tanya Cia.
Mereka tidak akan datang.
Alam ingin sekali mengatakan hal tersebut, tapi dia sangat tidak tega mengatakannya. Apa yang akan terjadi pada Cia jika Alam mengatakan hal itu? Pastinya bukan hal baik.
Di sisi lain, dia tidak bisa membiarkan Cia menunggu sesuatu yang tidak pasti. Jadi setelah menyiapkan diri, Alam pun berbicara pada Cia.
“Cia, sebenarnya--”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3