“Aku benci Moona!” Risu berlari pergi dari kamarnya sambil berteriak dengan kesal.
“Risu, tunggu!”
Moona mencoba untuk menghentikan Risu, tapi tidak berhasil. Risu masih terus kabur entah kemana, meninggalkan Moona dengan rasa bersalah.
Untuk mendapatkan konteks dari kejadian ini, mari kita kembali ke beberapa saat sebelumnya.
**
Risu yang baru saja selesai streaming berniat untuk mengambil makanan ringan di kulkas nya, tapi saat dia membukanya, ternyata itu lebih kosong dari hati. Membuat Risu mau tidak mau harus jalan keluar untuk beli.
“Wah ... habis.”
Risu sendiri lebih tahu diri dari Iofi, ia tidak akan mengendap-endap ke rumah Alam untuk mengambil makanan di kulkas nya. Kalau bisa beli sendiri, ia akan membelinya sendiri.
Jadilah seperti Risu.
“Makan apa ya enaknya? Mie lagi? Kemarin sudah mie. Beli di luar saja, deh.”
Ia kemudian mengambil jaket merah muda dan topi miliknya lalu pergi keluar membeli makan. Tapi namanya juga Risu suka ceroboh, dirinya yang merasa sudah menutup pintu, ternyata tidak terlalu rapat dan malah terbuka sedikit.
Hal tersebut dilihat oleh Moona yang baru keluar dari kamarnya. Ingin menjemur pakaian miliknya. Moona hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“Ya ampun, anak itu,” gumam Moona.
Sebenarnya Moona hanya berniat untuk menutup pintu saja, tapi ketika dia tidak sengaja melihat isi kamar Risu. Kapal pecah. Gempa bumi. Rumah terbengkalai. Adalah pemandangan yang ia dapat.
Kamar Risu sangat berantakan dengan baju yang baru diambil dari jemuran ditaruh di atas kasur, ada juga yang jatuh di lantai. Lalu piring kotor di meja streaming dan belasan minuman kaleng menumpuk di sana.
Memang tidak separah kamar Reine, tapi tetap saja masuk dalam tahap ‘kotor banget njir’. Tadinya Moona mau membiarkannya dan memarahi Risu setelah ia kembali, tapi dia tidak tahan melihatnya dan akhirnya masuk untuk membersihkannya.
Mula-mula dia mengambil beberapa sampah di lantai dan membuangnya ke tempat sampah, lalu di meja streaming dan meja kecil dekat kasur. Etalase kaca tempat Risu menyimpan action figure dan koleksi manga-nya juga tidak kalah kotor.
Banyak debu yang menumpuk di sana, apalagi di bagian atas etalase. Untuk bagian atas, Moona memakluminya karena mungkin Risu tidak sampai. Mungkin.
Bagian meja streaming dan etalase kaca sudah dibersihkan. Lantai sudah disapu dengan bersih. Moona bahkan bisa melihat efek ‘bling-bling’ karena sangat bersih dibandingkan yang sebelumnya. Dan dia tersenyum dengan bangga.
“Nah, begini kan enak.”
Tugas Moona di sini sudah selesai. Tapi ia tidak akan lupa untuk memarahi Risu nanti setelah ini karena sudah membuat kamarnya bisa berantakan seperti tadi. Moona ingin keluar dari sini, tapi tanpa sengaja, ia menyenggol sebuah balok kayu dan menjatuhkannya.
Sebuah balok kayu yang memiliki ukiran indah dan rumit. Karena penasaran, Moona pun mengambil dan kemudian membukanya.
Matanya membelalak ketika ia melihat isi di dalam balok kayu tersebut. Bersemayam nyaman dengan gabus yang dilapisi beludru merah marun. Sebuah tongkat seukuran 20 cm yang terbuat dari gabungan besi, emas, dan ukiran kacang kenari.
Matanya mengernyit serius. Moona familiar dengan penampilan tongkat itu. Sebuah tongkat sihir yang digunakan oleh Penyihir Ayunda ketika melawannya dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID : Season 2
Fanfiction(Slow Update) Fanfic yang (lagi-lagi) menceritakan tentang kehidupan sehari-hari dari member Hololive ID gen 1, gen 2, dan gen 3