24 - Kopi Asin

86 9 8
                                    

Holla! Ada yang nungguin cerita ini up nggak? Maaf ya baru up lagi. Selamat membaca dan semoga suka.

***

-POV Senja-

Setelah selesai bersiap, aku mengunci pintu rumah dan gegas berangkat ke sekolah. Saat sedang berjalan, aku berpapasan dengan beberapa anak SD juga SMP yang akan pergi ke sekolah. Aku berdo'a dalam hati, semoga hari ini tak ada keributan lagi. Semoga saja Radit tak nekat mendatangiku di sekolah.

Tiba di sekolah, aku langsung menuju ke ruang BK. Di sana belum ada siapa-siapa. Jika di ruang guru mungkin sudah ada beberapa guru yang datang. Aku memutuskan untuk membaca ulang materi yang akan aku sampaikan hari ini. Agar siswa tidak banyak mencatat, jadi aku membuat power point yang merangkum poin inti dari materi yang akan disampaikan. Mungkin nanti aku akan meminjam infokus pada Pak Dika.

"Assalamu'alaikum!" Seseorang mengucap salam di ambang pintu ruang BK.

Aku mengalihkan pandangan dari laptop dan melihat seorang siswa yang aku tak tahu namanya.

"Ini ada titipan buat, Ibu," ucapnya.

Aku beranjak dari tempat duduk dan menghampiri siswa tersebut. Dia memberikan segelas kopi. Aku sudah menebak ini dari siapa. Aku menerima pemberiannya dan mengucapkan terima kasih pada siswa tersebut.

"Bilangin makasih gitu ya buat siapapun yang ngasih,"

"Iya, Bu. Kalau gitu saya pamit dulu," ucap siswa tersebut sambil berjalan meninggalkan ruang BK.

Aku langsung menyeruput kopi itu. Tapi beberapa saat kemudian, aku mulai merasa ada yang aneh dengan rasa kopi itu.

"Lah kok rasanya gini?" Aku meneguk sekali lagi untuk memastikan rasa kopi itu. "Astagfirullah! Ini kok asin banget!" Aku langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan kopi itu.

"Assala -- loh kamu kenapa, Ja?" Farhan yang baru datang bersama Nadia terkejut ketika melihatku yang sedang muntah.

"Kamu sakit?" tanya Nadia pula.

"Enggak, kok. Enggak. Ini gara-gara kopi itu tuh." Aku menunjuk kopi yang tersimpan di atas meja.

"Lagian kamu sih, pagi-pagi minum kopi jadi gini 'kan," cerca Farhan.

"Maksudku itu ... ah kamu cobain sendiri itu kopinya!" kataku ketus.

Farhan yang penasaran langsung meneguk kopi itu untuk membuktikan perkataanku. Dan terbukti, dia langsung memuncratkan kopi yang baru saja ia teguk.

"Buset dah, Senja! Ini kopi apaan asin begini?" protes Farhan.

Nadia juga mencoba rasa kopi yang katanya asin itu. Dia hanya mencoba sedikit saja. Dan ia juga langsung menampakkan raut wajah masamnya.

"Bener asin, Ja. Ini kopi dari mana sih?" tanya Nadia pula.

"Gak tau, aku nerima titipan dari siswa. Aku kira ini dari Ajun, makanya aku nerima. Soalnya kan dia yang biasa ngasih kopi atau teh pagi-pagi gini," paparku.

Farhan berdecak. "Ajun lagi, Ajun lagi. Kalau dia baik, kenapa dia ngasih kopi asin kayak gitu?"

"Ya, mana aku tau, Farhan!"

"Eh, udah-udah. Mending itu kopinya dibuang aja. Kalau mau ngopi kita beli yang baru aja," lerai Nadia.

Aku menganggukkan kepala dan menyetujui usulnya. Bel masuk sebentar lagi berbunyi. Aku dan Nadia memilih untuk menunggu di meja tempat guru piket. Aku tentu tak akan melewatkan pemandangan siswa yang terlambat di hari Jum'at. Aku yakin pasti akan banyak yang terlambat.

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang