3 - Masih Sendiri

331 30 59
                                    

Kita beneran ketemu lagi kan. Sesuai dengan apa yang kamu bilang kemarin. Dan aku juga sudah menduga kalau ini akan terjadi. Aku masih bertanya-tanya. Aku ditempatkan di sekolah lamaku dan akhirnya bisa bertemu lagi denganmu. Meskipun kamu sudah tak lagi hadir di sekolah.

Apa itu tandanya kita memang ditakdirkan untuk mengulang kisah yang belum kita mulai? Please, aku butuh jawaban. Beberapa tahun sudah terlewati dan apa kamu tidak ingat dengan kisah kita dulu? Apakah sudah ada seseorang di hatimu? Jika memang iya tak apa. Aku akan mencoba untuk mengikhlaskannya.

By: Senjani AN

"Fokus amat." Aku langsung menutup binder ketika Nadia tiba-tiba muncul. Gadis berkerudung coklat susu itu memberikan gorengan yang memang disediakan pihak sekolah untuk mahasiswa magang.

"Tadi Senja ketemu sama masa lalunya," ucap Indah yang tadi melihat pertemuanku dengan Zaidan.

"Ih, ngapain dikasih tau sih,"

"Serius? Zaidan kan?" tanya Nadia.

"Hmm. Ini sih definisi jodoh gak kemana hehe," kataku iseng.

"Huu maunya kamu itu mah. Padahal Zaidan kan udah lulus," komentar Nadia.

"Ya gak apa-apa, makanya aku magang di sini juga biar bisa ketemu lagi sama Zaidan." Aku menjentikkan jari dan senyum penuh percaya diri.

"Cieee yang masih ngarep!" seru seseorang dari kejauhan.

Aku melihat Harun yang berjalan keluar kelas bersama dua temannnya. Tiga siswa itu kini menghampiri meja piket.

"Cieee keinget masa lalu ya. Kenapa gak balikan aja sama, Zaidan?" tanya Harun.

"Dia masih jomblo loh, Kak. Katanya sih nunggu, Kak Senja," timpal Arfan.

Wajahku memanas seketika. Bukan karena marah ataupun apa. Aku akan senang seandainya apa yang dikatakan oleh Arfan itu benar.

"Emang iya? Bukannya dia suka sam -- " Harun langsung membekap mulut Ivan agar cowok itu tak melanjutkan ucapannya.

"Tuh kan, ngapain balikan kalau Zaidan aja udah suka sama yang lain," kilahku.

"Tapi bisa aja cuma gosip, Ja," sahut Indah.

"Iya bener kata kakak ini. Itu tuh gosip doang. Aslinya Zaidan masih sendiri kok. Ntar aku suruh ke sekolah deh biar Kakak yakin," kata Harun dengan penuh keyakinan.

"Gak usahlah. Mau nyari perkara sama keamanan pondok?"

Harun memutar bola mata. "Asal Kakak tau ya, Zaidan itu ketua keamanan pondok. Terus dia mau dihukum gimana coba?"

"Bisa aja nanti dipanggil sama, Ustadz,"

"Hahaha! Paling dipanggil juga langsung di nikahin," ceplos Harun asal.

"Ngaco nih si Harun." Ivan geleng-geleng kepala karena tingkah absurd sahabatnya kumat lagi. Kemudian ia menarik lengan Arfan dan mengajaknya ke kantin. "Ayo ah, Fan! Harun makin lama makin gak jelas aja."

"Eh, tunggu dong!" Harun berseru saat dua temannya berjalan ke kantin. "Pokoknya nanti aku bakal comblangin Kak Senja sama Zaidan!" Harun kini berlari kecil menyusul dua temannya.

"Jangan ih!" seruku. Bisa gawat jika Harun benar-benar melakukan hal itu. Lagipula aku mencoba untuk ikhlas dan melupakan perasaaku pada Zaidan.

***

Ah, andai saja doraemon ada di dunia ini, ingin sekali ku pinjam mesin waktu dan aku ulang kisah itu. Senyum Zaidan kini terbayang-bayang di pikiranku. Ucapan Harun yang mengatakan akan memberitahu Zaidan kini terngiang-ngiang di telingaku. Bagaimana jika dia benar menjadi mak comblang antara aku dan Zaidan?

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang