56. Perasaan Aneh

75 3 7
                                    

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ

Jangan lupa vote sama komentarnya yaa!

Happy reading

***

Aku diam sambil duduk di kantin yang masih sepi. Hari ini adalah hari di mana upacara 17 Agustus dilaksanakan. Siswa dan guru tentu harus datang tepat waktu. Pukul setengah 8 pagi upacara akan segera dimulai. Beberapa anggota OSIS sudah tampak di sekolah. Mereka sedang mempersiapkan diri untuk menjadi petugas upacara. Aku belum melihat tanda-tanda kemunculan teman-temanku. Jadi ku putuskan untuk menunggu saja di kantin sekolah.

"Hayoo malah ngelamun!" seru seseorang yang membuatku langsung terperanjat.

Aku berdecak sebal sambil memicingkan mata. "Apaan sih kamu? Ganggu orang aja deh!"

"Gapapa, cuma miris aja liat Kak Senja malah galau pagi-pagi buta begini,"

"Gak usah sok tau!"

"Lagi mikirin calon suami nih pasti,"

"Kamu diem deh! Jangan bikin mood orang rusak pagi-pagi!" Aku benar-benar kesal. Seratus persen kesal pada siswa menyebalkan yang tiba-tiba datang menghampiriku.

Aku sengaja menyendiri karena mencoba untuk melupakan kejadian semalam. Aku tidak bisa tidur setelah mendengar suara orang yang melempar batu ke jendela kamarku. Karena penasaran, aku sedikit mengintip lewat gorden. Dan ternyata ada seseorang di balik pagar belakang.

Sebenarnya siapa yang lempar-lempar ke jendela kamar aku? Udah kayak di film Indosiar aja pake diteror sama sosok hitam. Apa jangan-jangan si Radit lagi?

"Kak! Kak Senja hello!" Harun melambaikan tangannya tepat di hadapan wajahku. Mataku langsung berkedip seketika.

"Ish! Bisa diem gak sih?" umpatku kesal.

"Lagian Kakak ngelamunin apa sih? Mikirin aku yaa atau Zaidan?" ledek Harun.

"Haruunnn ihhh!!!" Aku berteriak kencang. Bi Lilis yang sedang beres-beres di warung sontak menoleh dan aku hanya cengengesan saja menahan malu.

"Eh, hehehe maaf-maaf." Harun tersenyum tipis dan menghela nafasnya. "Kak Senja sebenernya kenapa? Ada masalah?"

"Enggak. Aku gapapa," jawabku datar.

"Yakin? Masih dendam sama aku ya?"

"Enggak, Run,"

"Maaf kalau aku ada salah," ungkap Harun.

"Ini bukan karena kamu, Harun. Tenang aja,"

"Maaf kalau aku kepo sama urusan Kakak,"

"Hmm,"

"Aku ke sana dulu ya. Mau latihan paduan suara sebentar," pamit Harun.

"Oke, silahkan,"

"Kakak jangan bad mood dong. Nanti suaraku gak keluar pas nyanyi,"

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang