41 - Bukan Balas Dendam

76 4 5
                                    

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ♡

Happy reading!

Jangan lupa vote dan komentarnya yaa

***

Setelah beristirahat satu hari, aku memutuskan untuk pergi ke sekolah. Aku tidak enak pada teman satu kelompokku jika kelamaan bolos. Hari ini aku memakai gamis tanpa lengan warna hijau army dan kerudung pasmina dengan warna serupa. Aku sengaja memakai gamis tanpa lengan agar tidak gerah saat dibalut jas almamater.

Aku berangkat agak terlambat hari ini, lebih tepatnya sepuluh menit setelah bel masuk berbunyi. Ku lihat beberapa siswa yang tengah menyapu lapangan. Mereka adalah siswa yang datang terlambat. Kebanyakan pasti siswa dari pesantren. Aku tak melihat Harun di antara mereka. Ah, sudahlah! Aku masih malas bertemu dengannya.

Anak-anak yang sedang dihukum itu diawasi oleh Pak Dika. Sepertinya mahasiswa magang yang hadir di sekolah hanya Indah dan Nadia. Dan gadis itu pasti sudah masuk kelas karena ada jadwal mengajar. Indah juga ada jadwal tapi di jam ketiga dan terakhir

Aku menghampiri Indah yang sedang berjaga sendirian di meja piket.

"Kirain gak akan ke sekolah, Ja," ucapnya saat menyadari keberadaanku.

"Bosen ah di rumah terus. Lagian aku juga cuma sakit biasa, bukan sakit parah,"

"Pasti kangen sama, Harun," goda Indah.

"Ih, enggak!"

"Tapi kalau Ajun iya," lanjutku dalam hati.

"Ajun udah masuk kelas, kalau Harun kayaknya belum dateng. Aku belum liat juga dari tadi. Temen-temennya sih udah pada dateng,"

"Hmm, mungkin Harun gak sekolah,"

Kami larut dalam pikiran masing-masing untuk beberapa menit. Sejauh ini siswa yang terlambat tak begitu banyak. Ada yang terlambat pun langsung dihukum oleh Pak Dika. Hingga ketika waktu menunjukkan pukul 8 tepat. Seseorang muncul di hadapan kami.

"Kak!" panggilnya.

Aku mendongak karena suara itu tak asing di telingaku. Harun datang dengan membawa 4 buku di tangannya. Apa dia baru saja tiba? Mengapa ia datang sangat terlambat?

Aku langsung mendelik pada siswa menyebalkan itu. "Telat banget. Dari mana aja sih?"

"Abis piket di rumah Kiyai Hanif. Terus tadi aku disuruh jagain anaknya Ustadz Zainal yang lagi sakit," jawab Harun.

"Kenapa harus kamu?" tanyaku lagi.

"Karena yang takhosus udah masuk ngaji,"

"Kamu masuk aj -- "

"Ke lapangan sana!" Sebelum Indah mempersilakan Harun ke kelas, aku lebih dulu menyuruhnya ke lapangan. Dia sangat terlambat, masa dibiarkan masuk begitu saja tanpa adanya sanksi. Dia kan melanggar aturan kedisiplinan.

"Ngapain?" Harun mengerutkan dahi.

"Ya, dihukum. Kamu berjemur di sana sampai jam pelajaran pertama beres,"

"Kakak yang bener aja ini -- "

"Cuma setengah jam. Jangan banyak protes!!"

Harun menghela napas berat. "Iya, iya. Titip buku aku kalau gitu." Harun menyimpan bukunya di meja dan berlalu menuju ke lapangan. Hanya dia sendiri yang menjalani hukuman, karena siswa lain datang terlambat tidak melebihi batas.

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang