57. Hilang?

65 2 0
                                    

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ

Jangan lupa vote sama komentarnya yaa!

Oh iyaa diingatkan kembali, cerita ini bisa berganti POV kapan ajaa. Jadi aku harap pembaca pada paham yaaa.

Aku juga akan tulis keterangan agar kalian tidak kebingungan. Keterangannya bisa lewat narasi atau di atas sebelum cerita. Semogaa sukaa yaa!!

Happy reading

***

Pagi itu di salah satu ruang kelas di Madrasah Aliyah Al-Asy'ari. Seisi kelas itu ribut karena guru yang kembali tak masuk. Seorang siswa bertubuh tinggi baru saja tiba dengan wajah lesunya.

"Padahal hari ini ada jadwalnya, tapi dia sama sekali gak keliatan. Kemana dia ya?" gumamnya pelan. "Apa dia sakit?"

Dia duduk di bangkunya di paling depan. Bukannya ikut mencatat apa yang ditulis oleh sekretaris kelas di papan tulis, siswa tersebut memilih untuk diam dan hanyut dalam lamunan.

"Heh, pagi-pagi udah ngelamun," tegur Eko sambil menyenggol lengannya.

"Dia belum keliatan apa emang gak masuk ya?"

Eko mengernyit heran. "Siapa maksud kamu?"

"Enggak, bukan apa-apa,"

"Makin aneh aja kamu, Run,"

Harun tak mengindahkan ucapan Eko. Ia kembali diam dan memikirkan apa yang sedang ia rasakan. Firasat buruk yang tiba-tiba datang menghantui pikirannya.

"Kok perasaanku gak enak ya? Apa terjadi sesuatu lagi sama dia. Padahal kemarin dia baik-baik aja,"

30 menit setelah jam pelajaran pertama berlangsung Harun mulai bosan. Ia berjalan keluar kelas tanpa mengajak teman-temannya. Siswa bertubuh tinggi itu berjalan menuju ke meja piket, di mana ada beberapa mahasiswa magang yang berjaga di sana.

Terlihat seorang gadis yang memiliki postur tubuh berisi sedang duduk sambil memainkan ponsel. Dia hanya sendirian saja. Harun memberanikan diri untuk menghampirinya.

"Ehm!"

Deheman Harun membuat gadis itu menoleh. "Kamu? Kenapa keluar kelas?"

"Anu ... bosen di kelas gak ada guru," jawabnya datar.

"Tapi ada tugas kan?"

"Iyaa, aku udah nyatet kok." Harun berbohong. Nyatanya sejak masuk kelas dia hanya melamun sambil memainkan pulpen dan membiarkan buku catatannya terbuka.

"Emm, Kak Senja belum dateng yaa?" tanya Harun.

"Aku udah hubungin dia dari tadi, tapi belum dibalas juga. Di telepon pun gak diangkat. Aku udah susul ke rumahnya dan rumahnya sepi," jelas Indah.

"Oh, gituu." Harun mulai khawatir. Ia yakin pasti terjadi sesuatu pada mahasiswa yang ia cari itu. "Kalo Kak Nadia?"

"Nadia di kelas, Farhan juga." Indah sedikit memperhatikan ekspresi wajah Harun. "Kamu kepikiran sama, Senja?"

"Sejujurnya iya, Kak. Tapi aku juga gatau kenapa,"

Indah menghela nafas. Bahkan dia sendiri tak tahu temannya kemana dan mengapa tak menjawab telepon serta pesannya.

"Andai aku tau, aku bisa kasih tau kamu, Run,"

"Gapapa, Kak. Maaf juga karena aku lancang nanyain, Kak Senja. Aku balik ke kelas lagi ya. Kalau misalnya ada kabar, kasih tau aku ya,"

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang