"Senja, udah ih jangan di liatin mulu!" tegur Tiwi.
Aku menatap dua sejoli yang sedang berduaan itu dengan tatapan kesal. Bukan karena cemburu, tapi karena laki-laki itu yang kemarin minta penjelasan padaku, sekarang dia malah berduaan dengan perempuan lain. Mesra-mesraan pula. Ih, apa-apaan mereka itu? Menyebalkan sekali!
(Anggap aja kayak gitu)
"Aku juga gatau kalau si Radit pacaran sama Firda. Terus kenapa dia masih ngejar-ngejar kamu?" pikir Tiwi.
"Aku juga gak habis pikri, Wi. Kamu inget 'kan yang waktu aku cerita, dia sampai mukulin, Harun? Kalau dia sama Firda, ngapain masih ngejar aku coba?" Aku mengoceh dengan wajah kesal. Kesal sekesal-kesalnya.
"Udahlah, Ja. Cowok kayak gitu mah tinggalin aja," ucap Tiwi.
"Tapi mereka beneran pacaran gak sih? Bukannya Firda itu masih sama, Ramdan?" Aku ingin memastikan, karena setahuku Firda menjalin hubungan dengan teman sekelasku yang bernama Ramdan.
"Mana aku tau, di sekolah juga dia sering nyeritain Akang-akang gitu. Tapi aku gak tau Akang mana yang dia maksud," jelas Tiwi singkat.
"Maksudnya Kang Radit kali. Dia punya panggilan khusus buat Radit,"
"Maybe. Udahlah lupain aja, mending kita foto-foto. Yuk!" Tiwi menarik ujung bajuku agar menjauh dari pemandangan yang membuat mataku memanas.
Tapi rasanya aku belum puas mengumpati mereka. Kakiku menendang kaleng bekas minuman yang telah habis. Kalengnya memang tak mengenai dua orang itu. Namun, mereka yang mendengar suara benda terjatuh, kini langsung menoleh. Aku segera mencubit lengan Tiwi, memberinya kode agar kami seolah-olah sedang melakukan sesuatu tanpa tahu keberadaan mereka.
"Itu Tiwi sama Senja 'kan?" tanya Firda.
"Se-Senja?" Radit tiba-tiba gugup sendiri.
"Hey, Senja! Tiwi!"
Kami yang sedang pura-pura selfie langsung melirik Firda yang memanggil. Aku menampakkan senyuman terpaksa pada gadis dengan kerudung hitam itu.
"Kalian di sini juga?" tanya Firda ramah.
"Ehehe, iya. Kebetulan lagi gak ada jadwal, jadi kita main ke sini. Iya kan, Wi?"
"Hmm, betul itu. Kamu sendiri bukannya ada jadwal di sekolah ya?" selidik Tiwi.
"Iya, memang. Tapi jadwalnya kan di jam kedua. Kebetulan Radit ngajak ke sini, jadi aku pamit duluan," jelas Firda.
"Anjirlah kata gue teh. Gak profesional banget lo! Ninggalin kewajiban di sekolah demi pacaran sama cowok macam dia!" Ingin sekali ku lontarkan kata-kata tersebut. Tapi aku tak ingin merusak suasana. Aku terus memperhatikan Radit yang wajahnya mendadak pucat. Seperti orang yang ketahuan selingkuh.
"Kalian pacaran?" Aku mulai kepo.
"Eng -- "
"Do'ain aja." Firda langsung menyambar ucapan Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu
Novela Juvenil⚠️Wajib follow sebelum baca ⚠️ Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal vote *** "Senja selalu membuatku terus menyukainya. Karena dia selalu memberiku kehangatan dan ketenangan di saat dunia memberiku banyak masalah." -Harun. "Jika aku bukan senja yan...