Ada satu hal yang paling Jennie perhatikan ketika selama lima tahun dia mengajar di YG Universitas. Ialah, salah satu murid telah menarik perhatiannya. Sebagai prof matematika, tentulah banyak muridnya yang tidak menyukai kehadirannya. Akan tetapi, ada satu murid yang sangat menyukainya, sangat bersemangat ketika Jennie hadir, namanya Lisa. Lengkapnya Lalisa Manoban.
Setiap ada kelas Jennie pada hari Selasa siang dan Jumat Sore, Lisa selalu ada di kelasnya. Hampir tidak pernah absen, padahal Jennie mendengar bahwa Lisa adalah murid paling malas di kampus. Meski begitu, bersyukurlah karena Lisa adalah salah satu mahasiswa cerdas hingga wanita itu lolos dalam kelas lain.
Sayangnya, saking sukanya Lisa berada di kelas Jennie, sudah tahun kedua Lisa mengulang kelas Jennie. Mendengar dari profesor lain, mereka mengatakan bahwa Lisa tidak sulit menerima pelajaran dari mereka. Tapi, kenapa Lisa bertindak bodoh untuk kelasnya?
Jennie menghela nafas ketika dia melihat lembar kertas milik Lisa. Terdapat angka lima dengan pulpen merah, banyak yang telah Jennie tandai hasil penilaian Lisa dalam ulangannya. Banyak kesalahan yang membuat Jennie marah, karena Lisa terus mengulang kesalahan yang sama.
TOK TOK TOK
"Masuk." Jennie menegakkan tubuhnya saat mendengar pintunya di ketuk.
Jennie melihat wajah yang sudah amat dia kenali masuk ke dalam ruangannya. Kepalanya menyembul, menunjukkan diri dengan ekspresi tanpa rasa bersalah dan menyeringai sebelum dia memasuki ruangannya dan menutup pintu di belakangnya.
"Hai, miss cantik. Kita bertemu lagi, hehe." Wanita berponi yang bertingkah penuh percaya diri itu mengambil langkah dan langsung duduk di depan Jennie bahkan sebelum wanita itu memerintahnya.
"Iya, Lisa. Duduklah." Ujar Jennie.
"Aku tahu. Maka dari itu, aku sudah duduk sebelum kau memrintahnya, miss cantik." Jawab Lisa dan Jennie memijat keningnya sebelum dia mencondongkan tubuh dan mengulurkan tangan hasil nilai Lisa.
"Kau pasti tahu kenapa kau mendapat panggilan dariku lagi kan Lisa?"
"Apakah nilaiku jelek lagi?" Tanya Lisa.
Jika berpikir bahwa Lisa akan menunjukkan rasa bersalah dan kecewa atas nilainya yang kembali jelek, itu adalah pemikiran yang salah. Karena tidak. Lisa tidak seperti itu. Dia bertindak bodoh seolah dia terkejut dengan nilainya, tapi sudut bibirnya bergetar.
Sebagai profesornya, Jennie merasa Lisa tidak menghargai kelasnya. Sebelumnya, Jennie ingin mengabaikan segala tingkah Lisa. Tetapi tidak mungkin dia mengabaikan Lisa lagi setelah ini adalah tahun keduanya Lisa mengulang kelas dimana dia seharusnya sudah lulus di dua tahun sebelumnya.
Kenapa Lisa membuang waktu untuk kelasnya? Tidak mungkin dia terlalu menyukai matematika hingga dia mengulang kelas untuknya kan?
Mencoba merangkul salah satu murid setianya, Jennie meraih tangan Lisa. Ini jauh dari normanya sebagai profesor, tapi dia pikir dia harus melakukannya demi mengetahui apa yang Lisa inginkan atau apa yang Lisa pikirkan.
"Hai, kau mau pindah ke sampingku? Kemarilah." Ujar Jennie sambil tersenyum lembut. Mata Lisa berkobar gembira, dia mengangguk penuh semangat dan berdiri sambil membawa kursinya ke samping Jennie.
"Terima kasih banyak miss cantik." Ujar Lisa ketika Jennie membantu menggeser kursi Lisa ke arahnya.
Kaki Lisa terbuka lebar, menyeringai terlalu gembira ketika Jennie menggeser dan berbalik ke arahnya. Kedua kaki Jennie berada di antara kedua kakinya. Lutut Lisa tampak melompat karena gembira dan Jennie meletakkan salah satu tangan di atas lutut muridnya.
"Bolehkah aku bertanya kenapa kau melakukan ini padaku? Pada kelasku? Kau tahu, kau membuang waktumu yang berharga karena mengulang kelasku. Aku tidak akan menghakimimu, aku hanya ingin bertanya apa alasanya. Boleh kan?"
Lisa mengangguk kecil. "Sudah aku bilang, aku tidak ingin pisah denganmu, miss cantik. Jika aku lulus kelasmu, aku menyelesaikan semua kelasku kemudian aku lulus dan kemudian... aku harus pergi dari YG Universitas. Aku tidak mau melakukan itu."
Mendengar jawaban itu, kening Jennie mengernyit begitu dalam.
"Bukankah memang itu yang orang lakukan ketika mereka memulai sekolahnya? Karena dia ingin lulus demi melanjutkan kehidupan yang lebih baik?" Tanya Jennie bingung.
"Yah, pada mulanya. Lagipula aku memulai sekolah karena perintah orang tuaku." Gumam Lisa sambil menggerutu.
"Tepat sekali, Lisa. Bukankah kau malah mengecewakan orang tuamu jika kau tidak lulus lagi di tahun ini?"
"Percayalah, miss. Mereka tidak akan peduli aku akan lulus atau tidak."
Jawaban Lisa yang santai malah terdengar memiliki sesuatu di baliknya. Apakah Lisa memiliki masalah dengan keluarganya? Apakah itu yang membuat Lisa sangat santai bahkan terkesan tidak peduli dengan nilainya?
Apapun itu, Jennie akan membantunya agar Lisa tidak lagi mengulang kelas hingga tahun ketiga. Lisa cerdas, dia memiliki potensi yang bagus untuk masa depan. Jika Lisa lulus, dia sebagai profesornya pun jelas akan bangga.
"Baiklah, begini saja. Sekarang aku punya ide." Ujar Jennie. Mata Lisa yang semula menunduk kembali berkobar menatap Jennie.
"Apa miss?"
"Apakah belakangan ini ada sesuatu yang kau inginkan? Yang begitu kau inginkan dan sangat ingin kau raih?" Tanya Jennie.
Sejenak, Jennie agak menyesali pertanyaan itu karena berikut yang dia tahu, Lisa menggigit bibir bawahnya dan memberi tatapan nakal pada Jennie. Matanya dengan tidak sopan mengembara pada tubuhnya seolah dia adalah makanan yang ingin sekali Lisa santap.
Jennie menggeliat di bawah tatapan Lisa. Menenangkan diri dan menunggu jawaban Lisa dengan berani sebelum Lisa memberi seringai yang menakutkan baginya.
"Kau. Aku pernah bilang, aku hanya menginginkanmu, miss cantik."
Apapun maksudnya, Jennie mencoba untuk mengabaikan dan tersenyum pada Lisa.
"Oke. Kalau begitu, izinkan aku untuk mengajarimu secara privat, kau tahu? Kau adalah murid paling beruntung karena aku memberimu kelas tambahan bahkan tanpa bayaran sedikit pun." Ujar Jennie sambil diam-diam mencoba memberi dorongan semangat pada Lisa.
Aan tetapi tampaknya, Lisa tidak telalu tertarik dengan penawaran Jennie. Karena melihat dari ekspresi wajahnya, Lisa justru tampak mengerutkan seluruh wajahnya. Tidak ada binar bahagia di sana.
"Untuk apa mengajariku? Aku tidak membutuhkannya, miss cantik. Aku ingin selamanya berada di kelasmu, itu saja cukup untukku." Ujar Lisa.
"Kau yakin tidak mau menginginkan imbalannya?"
Dan hal itu menarik perhatian Lisa. "Imbalan?"
"Ya, imbalan."
"Apa maksudmu?"
"Setiap nilaimu naik sedikit demi sedikit, kau bisa meminta apapun padaku. Apapun tanpa terkecuali dan aku berjanji tidak akan menolak keinginanmu."
Mata Lisa langsung berbinar bahagia. Tatapannya jauh berbeda dari tatapan yang pernah Jennie lihat sebelumnya. Seolah Jennie telah berusaha menyentuh titik bahagianya dengan tawaran itu.
"Apapun itu?" Tanya Lisa seolah memastikan bahwa dia tidak salah dngar.
"Apapun."
Lisa lantas menarik Jennie ke pelukan yang tampak seperti meremukkan tubuhnya. Jennie memproses apa yang Lisa lakukan dan belum sempat Jennie bicara lagi, Lisa sudah melepaskan pelukannya.
"Kalau begitu, sepulang kelasku nanti sore, aku ingin segera memulai kelasku. Kau sanggup?"
Sore nanti seharusnya Jennie bertemu dengan teman-temannya. Akan tetapi dia tidak sanggup mematahkan semangat Lisa dan akhirnya dia mengangguk yakin.
"Oke. Aku sanggup."
Lisa menyeringai dan entah mengapa Jennie gugup padahal dia sendiri yang menawarkan hal tersebut pada Lisa.
***
Bab lengkap oneshoot bisa kalian baca di karyakarsa. Link ada di IG story ku, ya!
Jangan lupa baca! 5k only, kok temen temen :)
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA ONESHOOT (GIP)
Fanfiction(21+)INI ADALAH SEKUMPULAN ONESHOOT JENLISA YANG BISA KALIAN BACA SELENGKAPNYA DI KARYAKARSA. DI WATTPAD AKU HANYA POSTING SEBAGIAN BAB SAJA TIDAK BERUPA BAB LENGKAP. UPLOAD SEMINGGU SEKALI.