SOFT TOUCH

1.2K 73 2
                                    

Menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur, gadis bermata kucing itu merasa sangat kelelahan. Bagaimana tidak?

Guru tarinya baru saja menyiksanya. Menari selama hampir 10 jam dan rasanya, Jennie hampir mati detik itu juga. Bukan berlebihan, tapi astaga dia benar-benar kelelahan.

Tubuhnya terasa hampir remuk dan Jennie perlu mengingatkan dirinya sendiri.

Bahwa, hei, inilah yang dia inginkan sejak dulu. Menjadi seorang idol, pelatihan selama berjam-jam adalah usaha yang harus dia tekuni, bukan?

Tapi tetap saja, rasanya dia ingin menangis menyadari betapa lelah tubuhnya sekarang ini.

“Hei, kau baik-baik saja?”

Jennie membuka mata, menatap teman trainee-nya yang lain tengah menatapnya dengan cemas. Memaksakan senyum, Jennie mencoba untuk duduk.

Namun, dia mengaduh ketika tubuhnya malah terasa lebih sakit. Jadi, dia kembali membaringkan tubuhnya.

“Hanya sedikit lelah.” Jawab Jennie. “Aku mengerti, aku sangat bermimpi ingin menjadi seorang idol, tapi sialan ini benar-benar melelahkan, Jisoo.”

“Aku mengerti. Aku juga merasa begitu. Seluruh tubuhku sangat lelah.” Ujar Jisoo, menjatuhkan tubuhnya begitu saja di samping Jennie.

Mereka bahkan tidak peduli untuk membersihkan diri saking lelah tubuh mereka saat ini.

Jennie mendekat, menyandarkan kepalanya di bahu Jisoo yang detik itu juga, ikut menyandarkan kepalanya di atas kepala Jennie.

“Apakah kau pernah menyesal?” Tanya Jennie.

“Tentang memutuskan ingin menjadi idol namun pelatihan yang super ketat?” Jisoo balik bertanya dan Jennie mengangguk. “Tidak, menurutku. Apakah kau menyesal?”

“Tidak juga. Hanya saja, aku tidak membayangkan pelatihannya seketat ini.” Jennie meringis. “Aku merasa seperti sudah tua. Tulang-tulangku terasa sakit.”

Pintu kamar mandi terbuka. Seorang gadis berambut pirang baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah. Menatap kedua teman trainee lainnya yang berbaring di tempat tidur, dia hanya menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana staminamu bisa masih kuat begitu, Chaeng? Apakah kau tidak kelelahan?” Tanya Jennie, menatap Chaeyoung yang kini duduk di depan meja rias, bersiap untuk melakukan rutinitas malamnya.

“Aku berbohong jika aku tidak lelah. Tapi, aku tahu akhir pekan nanti tubuhku akan baik-baik saja dan selalu begitu.” Ujar Chaeyoung mengangkat bahu dengan santai.

“Ah, benar!” Jennie bergegas duduk, menatap Chaeyoung yang menatapnya dari arah cermin. “Kemana kau biasanya pergi setiap akhir pekan?”

“Benar juga. Aku ingin menanyakan hal yang sama dengan Jennie. Kau sering berpergian setiap akhir pekan dan pulang dengan keadaan yang sangat segar.” Jisoo menanggapi.

“Pijat tubuh.” Jawab Chaeyoung singkat.

“Pijat tubuh?” Tanya Jennie.

“Ya. Kau tidak tahu? Ada tempat panti pijat di sekitar sini. Rasanya menyenangkan sekali berada di sana sekitar satu atau dua jam. Tubuhku selalu merasa lebih segar setelah pulang dari sana.” Jelas Chaeyoung.

Jennie dan Jisoo saling berpandangan sebelum mengangkat kedua alisnya.

“Apakah dipijat senyaman itu?” Tanya Jennie penasaran.

Dengan umurnya yang baru saja menginjak umur 17 tahun— tiga bulan lagi dia nyaris 18 tahun tapi tetap saja— Jennie belum pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut.

JENLISA ONESHOOT (GIP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang