CARRYING YOU BECAUSE OF LOVE

624 59 1
                                    

Cara balas dendam terbaik pada orang-orang yang telah membencimu adalah memperlihatkan pada mereka bahwa kau bisa lebih baik dari mereka yang membencimu.

Dan, itulah yang Jennie Kim lakukan. Pada masa SMA, Jennie ingat bahwa tubuhnya lebih gemuk di bandingkan teman-temannya yang lain. Teman? Hah, Jennie bahkan tidak yakin apakah memang itu yang terjadi.

Begitulah Jennie di asingkan. Dia tidak pandai merawat dirinya sendiri. Dia di permalukan oleh pria yang dia sukai seolah pria itu menginginkannya, mengajaknya berkencan, dan kemudian menjatuhkan harga dirinya di tengah kelas pada saat itu.

Jennie patah hati, harga dirinya hancur sejak saat SMA. Orang-orang sering berbisik dan menjauh darinya hanya karena dia seorang wanita gemuk yang tidak enak di pandang secara visual.

Pada saat dia akhirnya menginjak bangku kuliah, Jennie memutuskan untuk mengubah diri. Dia rajin berolahraga, menjaga asupan makanannya dan mencari pakaian modis.

Dia mencari dari sosial media bagaimana cara berpakaian yang bagus dan kekinian.

“Jennie? Kau yakin ingin bertemu dengan teman-teman lamamu? Menurutku, reunian itu sama sekali tidak penting.”

Teman sekamarnya, Jisoo, berkata dari arah pintu malam itu. Jennie sedang berdiri di depan cermin, membenarkan letak gaunnya saat ini sambil memastikan riasannya sudah cukup.

“Aku ingin datang. Setidaknya satu kali dalam seumur hidup.” Kata Jennie membalas.

Jisoo menghela nafas. Jisoo adalah teman kuliahnya. Wanita itu sudah menjadi seorang dokter saat ini, sama seperti dirinya. Sesuatu yang dia yakin bisa dia banggakan.

“Mereka semua brengsek. Teman-teman sekelasmu, tahu?”

“Aku tahu tapi aku ingin memperlihatkan pada mereka bahwa aku menjalani kehidupan yang lebih baik daripada mereka. Aku ingin membuktikannya pada mereka, Jisoo.” Desah Jennie.

“Aku mengerti itu. Hanya saja, aku khawatir jika seseorang akan menyakitimu lagi.” Kata Jisoo, menghela nafas.

Jennie tersenyum sambil berbalik, berterima kasih pada ketulusan Jisoo selama ini. Jisoo adalah satu-satunya teman yang benar-benar menemani Jennie dalam perubahannya.

Jisoo juga membantu Jennie dalam cara berpakaian seperti sekarang ini. Mungkin tanpa Jisoo, ada beberapa titik, dia akan tetap merasa kesulitan.

“Aku akan baik-baik saja, Jisoo. Entahlah, aku sepertinya merasakan bahwa aku akan lebih baik sekarang.” Kata Jennie dengan penuh keyakinan.

“Telepon aku jika ada sesuatu yang buruk terjadi, oke? Aku akan langsung menjemputmu.” Pinta Jisoo pada sahabatnya itu.

“Tentu, Jisoo. Terima kasih. Aku pergi dulu, ya?”

Jisoo mengangguk sambil cemberut dan Jennie menenangkan sahabatnya itu sembari memeluknya dengan lembut.

Dia akhirnya pergi menggunakan taksi yang di pesannya, pergi dari gedung apartemennya menuju sebuah bar yang telah dikirim pada sebuah grup.

Jennie gugup. Ya, sudah pasti. Sudah bertahun-tahun berlalu sejak dia merasa berkecil hati, mengalami perundungan karena tubuhnya yang tidak sebagus teman-temannya. Wajar saja sekarang dia merasa gugup meski sekeras apapun dia berusaha untuk percaya diri.

25 menit kemudian, taksi berhenti dan Jennie turun dari taksi. Dia berdiri di depan bar, menatap pintu masuk dengan dua penjaga di depannya itu, tengah memastikan bahwa orang-orang yang masuk ke dalam bar itu cukup umur.

Jennie akhirnya masuk ke dalam bar. Dia mencari seseorang yang mungkin di kenalnya hingga yah... ada seorang wanita berambut pirang yang jelas dia kenal pada saat itu.

JENLISA ONESHOOT (GIP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang