Dengan seragamnya sebagai perawat yang menyerupai dress — sejujurnya ini agak ketat — Jennie berjalan dengan makan siang di tangannya. Dia mendekati salah satu meja yang kosong, tidak bergaul dengan siapapun.
Jennie tidak disebut anti sosial karena dia memiliki cukup banyak teman di luar pekerjaannya. Tapi, dia telah bekerja sebagai perawat tetap dua tahun dan dia tidak bisa merasa benar-benar bercengkrama dengan banyak orang.
Meski begitu, Jennie menyukai sebagian besar pekerjaannya. Semua orang ramah padanya, begitu juga dokter yang bekerja dengannya.
“Apakah kau mendengar bahwa dokter Manoban sebentar lagi akan menikah?” Suara salah satu perawat yang duduk di samping mejanya terdengar.
Tiba-tiba saja, indra pendengarannya menjadi tajam. Jennie tidak tahu tapi dia sering kali merasa seluruh tubuhnya menjadi sensitif setiap dia bertemu atau bahkan sekedar mendengar nama Lalisa Manoban, seolah dia di takdirkan untuk mengetahui keberadaan atau apapun tentang Lisa, begitulah dia dengan akrab memanggilnya.
“Menikah? Tidak mungkin!” Rengek salah satu perawat lainnya.
“Sungguh. Apakah kau tidak tahu? Tunangannya baru saja kembali dari LA bulan lalu dan dia menuntut dokter Manoban untuk menikah.”
Jennie mengerutkan kening, mengingat bahwa belakangan ini Lisa tampak begitu stress? Jadi, apakah karena hal ini?
Jennie tahu bahwa Lisa telah bertunangan bahkan pada saat dia bekerja sebagai perawat tetap. Tapi, Jennie tidak pernah menganggap hal itu nyata.
Karena yang Jennie tahu, tunangannya memang memiliki sebuah butik sukses di LA dan hampir tidak pernah datang ke Seoul. Jadi, tiba-tiba saja wanita itu muncul setelah dua tahun dan menuntut pernikahan?
Oh, wow, betapa luar biasanya, pikir Jennie.
“Sayang sekali,” Gumam perawat itu. “Aku lebih berharap dokter Manoban memutuskan hubungannya. Lagipula, pasangan mana sih yang tidak pernah mengunjungi tunangannya sendiri selama dua tahun?”
Jennie bisa menyetujui ucapan itu. Agak aneh menurut Jennie untuk percaya begitu saja bahwa ada pasangan yang tidak bertemu selama itu.
“Benar sekali. Aku belum pernah melihat dokter Manoban cuti untuk menyambut pasangannya.” Perawat itu berkata.
“Itu karena pasanganku memang tidak pernah muncul. Mau bagaimana lagi? Dia sepertinya tidak peduli padaku.”
Mereka semua menoleh pada sumber suara, termasuk Jennie yang detik itu juga langsung menegakkan tubuh, berusaha sebisa mungkin untuk membenarkan baju perawatnya.
“Dokter Manoban, maafkan kami.” Suara perawat itu terdengar malu.
Lisa hanya terkekeh sebelum dia berjalan dan duduk di hadapan Jennie. Jennie mengangkat pandangan, tersenyum melihat Lisa yang duduk dengan wajah merengut.
“Mengapa semua orang selalu tahu apa yang terjadi padaku?” Gerutu Lisa sambil menyendok nasi dalam ukuran besar.
“Mungkin karena kau terkenal?” Jennie menanggapi tapi Lisa memprotesnya karena dia tidak merasa seperti itu. “Lagipula, tubuhmu belakangan ini terlihat tegang, tidak seperti biasanya. Kau harus rileks jika tunanganmu datang, Lisa.”
Lisa mengerang. Itu adalah erangan kesal. Wanita itu melemparkan kepalanya ke belakang, hingga lehernya dan tulang tenggorokannya terlihat.
Dan, Jennie menatapnya. Dia menyadari bahwa matanya saat ini menjadi cerah. Dia merasakan tenggorokannya kering. Dia merasakan putingnya sakit, perutnya terasa bergejolak yang terparah, kemaluannya berdenyut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA ONESHOOT (GIP)
Fanfiction(21+)INI ADALAH SEKUMPULAN ONESHOOT JENLISA YANG BISA KALIAN BACA SELENGKAPNYA DI KARYAKARSA. DI WATTPAD AKU HANYA POSTING SEBAGIAN BAB SAJA TIDAK BERUPA BAB LENGKAP. UPLOAD SEMINGGU SEKALI.