DÉSIR FOU

1.5K 99 2
                                    

Jennie POV

Suara langkah yang berat terdengar dari ruangan gelap. Terkesan santai, namun memberi intensitas yang membuat sekujur tubuh merinding. Pintu tua terbuka, suaranya memberi kesan bahwa kedatangannya akan membuatmu mengintimidasi. Pintu kembali tertutup, langkah kaki kembali terdengar.

Aku terdiam. Tubuhku kedinginan. Aku tidak tahu sedang berada dimana saat ini. Mata dan mulutku tertutup, tanganku terikat di belakang tubuhku, begitu juga dengan kakiku. Yang aku tahu, aku sepenuhnya telanjang.

Takut? Ya.

Tapi menangis? Tidak. Siapapun orang yang baru saja membawaku ini, aku menolak untuk memperlihatkan padanya seberapa besar ketakutanku.

“Apakah dia sadar?” Suara berat seorang wanita terdengar di telingaku.

Wanita? Aku mengerutkan kening. Jadi, ini seorang wanita. Hah, mengejutkan. Entah kenapa, tapi bahkan seorang wanita ini tidak membuat ketakutanku menyulut. Seolah tahu bahkan tanpa melihat, dia adalah wanita yang bisa mengintimidasi banyak wanita diluar sana.

“Ya, Nona Manoban. Dia sadar.”

Manoban? Tunggu, aku pernah mendengar namanya. Manoban, oke, oke, sebentar. Apakah dia Lalisa Manoban? Seperti, Lalisa yang sering di bicarakan oleh keluargaku ketika aku tidak peduli dengan percakapan mereka selama ini.

Apakah itu Manoban yang sama? Yang membuat keluargaku resah belakangan ini? Aku terdiam, langkah kaki samar dan perlahan kini mendekat lagi ke arahku dan aku mulai menghela nafas ketika merasakan nafas lain menerpa pipiku.

“Halo Jennie Kim, si gadis kecil Kim kesayangan keluarga.”

Kesayangan keluarga? Aku menertawakan ucapannya dalam hati tapi otakku mati. Dari dekat, aku mencium aroma parfumnya dan sepertinya lehernya saat ini begitu dekat denganku. Tanganku terkepal, menunggu apapun yang dia lakukan padaku.

Perlahan, dia membuka penutup mataku. Pertama kali aku membuka mata dan mata kami langsung terhubung. Matanya yang gelap memancarkan keberanian seolah dia tengah menantangku dan aku mengangkat kepalaku, seolah aku juga membalas tantangan diam-diam.

Sudut bibirnya sedikit terangkat ketika ujung jemarinya menyentuhku. Aku menghela nafas, diam-diam tetap mempertahankan tatapanku meskipun saat dia mengulurkan tangan ke pahaku, aku mulai merasakan sensasi aneh di kedua kakiku.

Tidak, jangan sentuh aku disana. Aku masih perawan!

“Kau memiliki keberanian yang sangat besar, gadis kecil.” Dia menarik daguku hingga kami bertatapan dari jarak yang begitu dekat. Intensitas tatapannya tidak membuatku mengalihkan pandangan. Sebaliknya, aku mempertahankan itu. “Benar-benar menarik. Sebuah tantangan baru.”

Tiba-tiba, dia berjalan ke belakangku hingga tatapan kami terputus. Aku memejamkan mataku, seorang pria yang baru saja berbicara dengan Lisa itu ada di depanku dan aku menyadari tatapan matanya tertuju pada tubuhku, terutama pada payudara dan vaginaku.

Sadar diri, aku merapatkan kedua kakiku, setidaknya itulah yang bisa kulakukan untuk melindungi diriku. Aku tidak bisa menutupinya dengan apapun karena tanganku masih terikat.

“Mike,” Lisa berkata di belakangku. “Pergilah. Urus keluarga Kim. Jika dia meneleponku, katakan aku ingin uangku kembali sebagai tebusan mengembalikan putri kecil kesayangannya ini.”

Mike tersadar dan mengalihkan pandangannya dari tubuhku ke arah lain. Untungnya, meskipun aku di telanjangi oleh seseorang yang bisa kusebut sebagai penculikku, aku tetap merasa hangat. Entah karena kehadirannya di belakangku yang masih ku sadari atau karena memang ada penghangat di ruangan ini, entahlah.

JENLISA ONESHOOT (GIP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang