Dari sekian kejadian yang di alami dalam hidupnya, ini yang membuat Lisa berdiri tanpa bisa berkata-kata. Orang berkata, Lisa adalah manusia yang kejam. Karena, bagaimana bisa dia tak menangis di depan gundukan tanah basah yang di dalamnya adalah sang ayah yang baru saja meninggal.
Namun begitulah Lisa. Dia tak bisa menangis, sungguh. Dia hanya menatap iba pada gundukan tanah itu sementara justru, ibu tirinya lah yang menangis tersedu-sedu sejak ayahnya meninggal di Rumah Sakit beberapa hari lalu.
Apa yang perlu di tangisi? Mengapa? Lisa hanya merasa dinginnya hati. Yang dia lakukan hanyalah menenangkan orang yang baru tiga tahun ini menjadi ibunya.
Dan ini adalah ibu tiri ke enamnya, serius. Ayahnya sering bergonta-ganti istri sejak ibu kandungnya — istri pertamanya— meninggal.
“Mom, tenanglah.” Bisik Lisa untuk yang kesekian kalinya.
Jennie, ibu tirinya itu menempel erat di dada Lisa. Tak peduli bagaimana terlihatnya, dia hanya perlu menghilangkan tangis kesakitan di dalam dirinya. Jadi dia memeluk anak tirinya, yang umurnya terpaut hanya 11 tahun lebih muda darinya.
“Sakit sekali. Mengapa… dia pergi begitu cepat?”
Ya, Lisa tidak ingin mengatakannya dengan lantang. Tapi apa yang ibunya harapkan? Ayahnya sudah tua, segala penyakit bisa datang begitu saja pada dirinya. Selama satu tahun, ibunya tahu sendiri bagaimana ayahnya menjalani hidup sakit-sakitan.
Tapi tentu saja, tak mau bersikap kasar, Lisa hanya menarik Jennie lebih erat ke dadanya, membiarkan payudara ibunya menempel di dadanya sendiri, sial, bukan waktunya, Lisa.
“Ini sudah takdirnya. David sudah tidak merasakan sakit lagi, bukankah itu yang kamu inginkan, mom? Sssttt, ayo kita pulang. Semua orang sudah pergi.” Ajak Lisa sambil menggosok punggung Jennie naik turun dengan lembut.
Wanita dalam pelukannya itu menggelengkan kepalanya.
“Dia akan sendirian, dia takut sendirian.”
Lisa memutar mata. Siapa peduli? Lagipula, dia sudah mati.
“Mom, ayah pasti tidak suka jika kau terus menangis seperti ini. Ayo, seperti yang ayah minta, aku harus menjagamu. Kau ingin berjalan sendiri atau aku perlu menggendongmu, hmm?”
“Lili,” Ibu tirinya itu memanggil dengan nama panggilan kesayangan dan itu lucu. Sungguh tidak cocok, mengingat betapa berantakan dan nakalnya dia. “Aku tidak mau pulang.”
“Oke, mommy, kau membuatku tidak punya pilihan lain.” Ujar Lisa yang akhirnya memutuskan menggendong Jennie ala pengantin.
Jennie Manoban, oh tidak, karena ayahnya meninggal dan mereka cerai mati dia mungkin akan menjadi Jennie Kim lagi, bukan? Apapun itu, terserahlah. Lisa tak mau memusingkan hal seperti itu.
Pada intinya, Jennie tidak memberontak, itu saja sudah membuat Lisa bersyukur. Dia masih menangis, memeluk Lisa lebih erat di lehernya. Selain karena perlu menghilangkan kesedihan, Jennie khawatir dia akan jatuh meski dia tahu Lisa kuat.
Tentu saja, karena anak tirinya itu sering pergi gym.
“Oke, mom, sekarang kita pulang, ya?” Ujar Lisa meletakkan Jennie dengan hati-hati di tempat duduknya, merapikan rambut ibu tirinya yang berantakan dan membantu Jennie mengenakan sabuk pengamannya.
Mata Lisa menatap sabuk pengaman yang menekan di antara kedua payudara ibu tirinya sebelum dia mengangkat pandangan dengan senyum kecil. Untungnya, Jennie terlalu sedih hingga tak memperhatikan apa yang Lisa lakukan.
Dengan mudah, Lisa membawa mobil pergi melesat pergi dari makam, berulang kali memastikan bahwa Jennie, ibu tirinya yang cantik dan seksi itu tidak menangis. Saat dia melihat Jennie tertidur, dia tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA ONESHOOT (GIP)
Fanfiction(21+)INI ADALAH SEKUMPULAN ONESHOOT JENLISA YANG BISA KALIAN BACA SELENGKAPNYA DI KARYAKARSA. DI WATTPAD AKU HANYA POSTING SEBAGIAN BAB SAJA TIDAK BERUPA BAB LENGKAP. UPLOAD SEMINGGU SEKALI.