41

673 144 173
                                    

Jasmine

"Sesaat lagi, Kereta Api Lodaya akan diberangkatkan dari stasiun Bandung menuju stasiun akhir Solo Balapan. Dengan pemberhentian di stasiun: Kiaracondong, Cipendeuy, Tasikmalaya, Banjar, Sidareja, Kutoarjo, Wates, Yogyakarta, Klaten, dan akan berhenti di stasiun terakhir Solo Balapan."

Suara mbak-mbak announcer sampai ke setiap pasang telinga manusia yang ada di sini, di stasiun Bandung, pada Kamis pagi, pukul tujuh lebih delapan belas menit waktu Indonesia bagian barat.

Adalah gue, salah satu manusianya.

"Nih, tiketnya."

Lalu, Dirga jadi salah duanya.

Dia baru saja nyetak e-ticket kita berdua dari aplikasi layanan berbasis online bernama KAI Access. Dia yang mesenin, dia yang scan barcode. Sementara, gue tinggal terima tiket cetaknya aja.

"Sini tangan lo."

Dirga ngeluarin tangan kiri dari saku jaketnya. Diulurin ke gue.

"Yang kanan, atuh."

Kemudian diganti jadi yang kanan, sesuai permintaan gue. Mukanya agak bingung gitu. Tambah bingung lagi pas gue naruh beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan di sana.

"Bayar tiket," jelas gue, yang nggak bikin raut bingungnya menghilang.

Padahal, konteksnya simpel. Semalem, dia mesenin gue tiket pake uangnya. Sekarang, gue ganti pake nominal yang setara dengan dua tiket: punya gue dan punya dia.

Karena katanya, Dirga balik ke Jogja bukan dalam rangka apa-apa, selain nemenin gue.

Iya, gue akhirnya punya alasan buat pulang setelah sekian lama pulang cuma pas mau lebaran aja.

Kemarin, Mas Irham nelfon, ngabarin kalo Bapak nanyain gue. Nggak cuma nelfon gue, Mas Irham juga nelfon Dirga. Makanya, setelah itu, Dirga ngontak gue dan bersedia nemenin gue pulang sesuai permintaan Mas Irham.

Dirga ninggalin kuliahnya hari ini. Dengan suka rela, memilih duduk di sebelah gue, di gerbong tiga kereta api Lodaya, selama kurang lebih delapan jam, terhitung dari sekarang.

Sebenernya, Dirga nawarin buat pake mobilnya, tapi gue nolak dengan alasan takut dia kecapean.

A' Adam

Sayang, kuliah jam berapa hari ini?

Aku nggak kuliah hari ini.
Jadi, nggak usah jemput, ya.

Kenapa?
Sakit?
Atau dosennya nggak masuk?

Gue juga sama. Ninggalin kuliah gue. Pulang ke Jogja bareng Dirga. Tanpa sepengetahuan Adam di Bandung sana.

Nanti. Pasti, bakal gue kasih tahu Adam, nanti pada saatnya.

Kapan?

Mungkin, kalo udah sampe Jogja.

Kenapa?

Karena Dirga ada di sebelah gue, sesekali mantau layar hape gue, tapi seringnya ngajak gue ngobrol.

"Nggak cuma sekali ini aja kok Bapak kamu nanyain kamu. Cuma, emang baru kali ini, Mas Irham berani nelfon kamu. Mbak Sonya juga bilang, Ibu kamu kadang suka keinget kamu walaupun abis itu lupa segala-gala. Tapi, kamu adalah yang paling sering ditanyain."

"Kok kamu bisa tahu? Sering kontak-kontak-an sama kakakku, ya?"

Dirga ngangguk. "Bisa dibilang gitu."

INESPERADO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang