Adam
"Ajakin Safira sok kalo kamu mau ikut. Nanti aku jemput."
Tapi lebih baik nggak usah ikut, sih.
Gue yang ngajak, gue juga yang ketar-ketir. Tadi, gue sempet kelupaan kalo tempat fustal itu jelas identik dengan para jantan. Gue nelpon Jasmine malem ini, ijin mau main fustal besok pagi, lalu dengan manjanya bilang,
"Mau nemenin, nggak?"
Dibolehin dan di-iya-in. Tapi, abis itu dia mikir-mikir, malu katanya kalo banyak cowok. Gue saranin dia ngajak Safira, yang mana langsung ditanyain pada saat itu juga ke orangnya karena mereka ternyata lagi bareng. Safira dengan semangat menggelora, nyaut dari seberang sana,
"Hayuk! Gaskeun!"
Udah gue duga, sih. Safira kayaknya emang paling semangat kalo udah urusan ketemu para jantan. Kayaknya, ya, bukan pastinya.
Alhasil, pagi ini, "Gue jemput cewek gue dulu, ya. Entar gue nyusul ke tempatnya."
Gue bilang gitu ke Gusta yang baru aja cuci muka. Posisi gue udah mandi, rapi, wangi, ganteng ... hehe ... pake setelan seragam futsal Ilkom kebanggaan ditutup sama hoodie soalnya gue nggak bangga-bangga amat plus Bandung sekarang lagi dingin banget.
Andai aja nggak ada Safira di mobil gue sekarang, gue mungkin udah minta kehangatan dari pelukan doi, alaheum! Sialnya ....
"Kayak supir, ya, jatuhnya."
"Bodo amat. Gue masih ngantuk. Mau bobo bentar di pundak Jasmine-gue."
"Ngapain ikut kalo ngantuk, Buk?"
"Biarin aja. Takut Jasmine-gue kenapa-kenapa."
Bisa bayangin gimana posisi gue sekarang 'kan? Iya, duduk di depan, nyetir. Jasmine sama Safira di belakang, Safiranya duduk sambil merem ngelendot ke Jasmine-dia, padahal Jasmine juga punya gue.
Nggak apa-apa, ding. Justru gue mungkin harus bilang makasih ke Safira karena cewek gue jadi teramankan dari tatapan mata para cowok, mereka lebih banyak notice Safira yang secara body jauh lebih oke. Kalo soal cantik, mah, ya jelas cewek gue menang telak.
Tapi, kayaknya gue rada salah perhitungan, nih. Cewek gue nggak sepenuhnya aman. Sebab, di antara sekian banyak cowok yang ada di lapangan fustal ini, ada Dirga yang terang-terangan mengumbar ketertarikannya.
Cuma ngeliatin cewek gue doang, sih, sebenernya, pas kita dateng. Tapi menurut gue, itu terang banget. Sebagai sesama cowok, gue bisa ngeliat kalo Dirga masih sangat menaruh minat ke Jasmine. Gue nggak bisa biasa aja.
Yang diliatin, Jasmine. Yang risi, gue.
Gue yang tadinya jalan di belakang Jasmine sama Safira langsung ambil posisi jalan di sebelah cewek gue, ngerangkul, ngajak ngobrol biar yang di sana sadar diri dan biar yang di sini tetep fokus ke gue.
"Tadi pagi, aku di kasih sesuatu sama Ibu kos."
"Dikasih apa?"
"Ini. Gantungan. Oleh-oleh dari Pangandaran."
Gantungan kunci yang terbuat dari rangkaian kerang-kerangan itu gue copot dari kunci mobil gue, terus gue kasih ke Jasmine. "Sok buat kamu. Taruh di tas kamu, tuh. Kayaknya bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
INESPERADO [END]
Lãng mạn"Gue pacarin, kalo lo bilang suka gue." "Suka aja nggak apa-apa. Gue udah soalnya."