TWO SHOT

Until I Found You

di twitter penah publish ini,
selamat membaca ulang
*

Rochelle— Roseanne
Georgia— Jennie

"Elle lo gak apa-apa?"

"Hmm?"

"Lo ngelamun terus deh."

Rochelle tersenyum dan mengangguk kecil, "Gue balik duluan ya." Ujarnya sambil berdiri.

Teman-temannya mengangguk cepat, "Nyampe apart lo mending langsung tidur deh."

Rochelle yang sudah berbalik dan berjalan menjauh hanya mengangkat sebelah tangannya dan mengacungkan jempolnya.

Langkahnya terus menyusuri trotoar meninggalkan sebuah cafe and bar yang ia datangi tadi bersama teman-temannya menuju parkiran.

Rochelle menjalankan mobilnya dengan santai, jalanan cukup lenggang karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Saat lampu merah menyala Rochelle menghentikan mobilnya, sambil menghela nafas Rochelle menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

Rochelle tersenyum sedih ketika memori bersama seseorang yang pernah ada di hidupnya kembali hadir di benaknya. Ia membuka sedikit kaca mobilnya karena merasa sesak, ac mobilnya tidak membantunya sama sekali.

Sesampainya di apartemen Rochelle membuka leather jaketnya dan menyimpannya sembarang menyisakan kaos tanpa lengan dan berjalan ke arah pantry. Rochelle membawa sebotol whisky dari dalam lemari khusus ia menyimpan beberapa minuman alkohol miliknya.

Dengan sengaja tidak menghidupkan lampu utama membuat ruangannya begitu temaram. Setelah menuangkannya ke dalam gelas Rochelle menyesapnya perlahan. Merasa belum puas Rochelle terus menuangkan dan meneguknya.

'Georgia...'

Air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya pada akhirnya jatuh juga, Rochelle sedikit menunduk dan isakannya ikut lolos dari bibirnya yang ranum.

Rochelle tidak tahu harus menahan semua ini sampai kapan.

Rasa rindunya selalu meluap-luap.

Tapi perasaan bersalahnya lah yang mendominasi, menggerogoti setiap saat dan itu menyakitinya.

Rochelle mencengkram rambutnya dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja pantry. Ia menangis tersedu-sedu dengan cara yang paling menyakitkan.

Andai saja Rochelle tidak membiarkan Georgia pergi.