Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
original story by @aauuu_ | edit tipis-tipis by me!
Bahkan sejak awal aku sudah tahu risiko dari mencintaimu adalah membuatku mati tanpa kehilangan denyut nadi — R
Terdengar helaan nafas pelan dari gadis blonde disana. Diiringi suara deburan ombak, entah sudah berapa kali dia kesini. Satu tujuan pasti, menenangkan hatinya yang baru saja di patahkan —untuk kesekian kalinya.
"Sesak sekali rasanya, tidak bisa kah mati saja." keluhnya.
"Dirimu tidak pernah salah, aku yang salah karena sudah menaruh rasa. Siapapun itu, bisakah bawa aku ke hadapan Tuhan lebih cepat?" keluhnya; lagi —mengabaikan sekitar.
"Ternyata benar, jika seseorang sudah hancur cinta nya. Dia akan gila, atau setidaknya seperti orang mati." balas seorang gadis berponi.
Roseanne —gadis blonde itu menoleh ke belakang. Menatap sahabatnya dengan air mata yang sudah jatuh lebih dulu. Lalisa dengan sigap memeluknya, tubuh Roseanne bergetar. Roseanne terlalu rapuh untuk saat ini.
"Tidak apa-apa, keluarkan saja semuanya." Lalisa tidak berhenti mengusap punggung Roseanne.
"Ayo pulang, Chaeng. Untuk terakhir kalinya pulanglah lebih dulu. Aku sudah mendengar semua keputusanmu. Dan sudah aku pastikan bahwa dia tidak akan tahu. Jadi, pulang dulu? Setidaknya ucapkan selamat tinggal padanya dulu." ucap Lalisa, terdengar sangat lembut.
Roseanne menganggukkan kepalanya, berdiri —menatap pantai lagi dengan hati yang pilu. Pantai ini adalah saksi betapa patah hatinya. Selama 8 tahun, ketika hatinya sakit —Roseanne akan selalu ke pantai ini. Hanya sekedar menangis, meredam sedikit luka di hati.