Nelly akhirnya datang kembali ke kampus pada suatu ketika. Aku tahu kalau dia begitu bahagia setelah dapat mendelegasikan sebagian tugasnya kepada anak buahnya. Tarek sudah memberi tahu Nelly bahwa aku ingin bertemu dengannya pada suatu kali. Jadi, kami menentukan tanggal untuk membuat janji temu.
Tanggal janji temu itu tiba dan aku serta Nelly sudah memutuskan untuk bertemu di suatu pojok kampus dengan pohon beech. Nelly tersenyum saat melihatku datang. "Aku sudah menunggumu."
"Kamu datang begitu awal, Nelly," kataku. Aku duduk di hadapan Nelly yang duduk bersandar ke pohon.
"Aku sudah bilang ke anak buahku kalau aku izin terlambat balik ke kantor."
"Alasannya?"
"Ke klinik," kilah Nelly, "untuk periksa ke obgyn. Mereka tahu aku punya siklus bulanan yang memberatkan. Yah, memang akhir-akhir ini, aku mengalami yang begitu karena sudah lama tidak bertemu Tarek."
Aku mengangguk-angguk, langsung mengerti. Ternyata, Nelly mendapat keuntungan. "Tapi, kamu jadi berbohong."
"Aku sedikit menyesal," tanggap Nelly, "tapi aku juga menyadari kalau kita jarang berbincang, jadi aku mau menyempatkan waktu untuk teman hantuku. Apa yang mau kamu obrolkan, Aksa?"
Aku mengedikkan bahu. "Tahukah kamu kalau daun pohon beech bisa dibuat menjadi minuman teh?"
"Atau, sebutannya adalah tisane. Tisane adalah teh yang terbuat dari tanaman selain tanaman teh, Camellia sp.."
Aku manggut-manggut lagi. Aku mulai menemukan alasan mengapa Tarek menyukai Nelly. Nelly tidak kalah pintar dariku, yang, sayangnya, malah akan jadi faktor kalau kami bakal bisa berteman baik. "Medium memang pintar, ya?"
"Ah, tidak juga. Tapi, terima kasih."
"Omong-omong soal medium," aku memulai, "apakah kamu memang bisa mengantarkan ruh orang mati ke alam lain?"
"Bisa," Nelly menjawab, "asalkan urusan ruh orang mati di dunia itu selesai semua. Sebagai contoh konkret, aku tidak bisa mengantar arwah yang belum membayar utang. Aku baru akan membantu kalau utangnya terbayar lunas. Atau, ada masalah-masalah lain yang belum terselesaikan, yang keburu ditinggal mati oleh orangnya."
"Apakah kamu, kautahu, membuka bisnis terkait itu?"
Nelly menggeleng. "Aku seorang pekerja kantoran yang tidak memiliki waktu untuk hal begitu. Lagian, kerjaanku memberikan gaji yang lumayan mencukupi, jadi aku belum tertarik juga. Aku memang pernah membantu beberapa ruh tersesat menyebrang untuk ke alam sana, tetapi itu tidak dibayar. Aku hanya ingin sekadar mengantar begitu saja."
"Apakah ayahmu tahu? Bapak kepala asrama?"
Nelly menggeleng lagi. "Ini kemampuan dari jalur keluarga ibuku. Ibu dan Ayah sudah bercerai. Aku ikut ayahku. Kemampuanku baru muncul setelah aku tinggal dengan Ayah, umurku 16 tahun saat itu. Aku diam-diam bertanya ke Ibu mengenai semua hal tentang medium. Hanya ibuku yang tahu."
"Oh." Aku pun mafhum.
"Ada lagi yang ingin kamu tanyakan, Aksa?"
"Bagaimana pendapatmu tentang kemampuan hantu kami? Kemampuanku dan kemampuan Tarek?"
"Ada istilah untuk kemunculan dan pemunculan "kemampuan hantu" kalian yang kemungkinan bisa terlihat oleh para manusia hidup. Namanya ektoplasma."
Aku menelengkan kepala. "Itu bukannya bagian sel tumbuhan?"
"Istilah itu juga dimiliki dunia supernatural."
"Ah, aku baru tahu," kataku.
"Menurutku, kemampuan kalian itu keren dan bermanfaat asalkan bukan untuk menakuti manusia hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Menjadi Hantu
TerrorBagaimana jika suatu hari, kau menemukan dirimu sudah bukan manusia lagi? Bagaimana kalau ketika kau bangun, kau ternyata sudah mati? Bagaimana bila saat kau sudah mati, kau malah menjadi hantu? Maukah kau belajar bagaimana caranya menjadi hantu? * ...