Babak I (8)

268 15 3
                                    

Enam bulan berlalu. Aku sudah menjadi hantu selama enam bulan. Kini, Tarek sudah jarang memberiku materi pelajaran yang baru karena sudah semuanya yang bisa dia ajarkan. Kalau pun kami bertemu, itu untuk mengulang dan mengulas perkembangan kemampuan hantuku. Macam-macam kemampuanku dites oleh Tarek tiap kali kami bertemu. Dia pernah mengajariku telekinesis, jadi salah satu tesnya adalah mengambil benda yang jauh jaraknya asal tetap terlihat olehku. Kadang dia memintaku melakukan aerokinesis, membuat angin. Dia pernah meminta dan membantuku memperbaiki suatu alat elektronik di laboratorium mesin yang rusak dengan electrokinesis. Dia juga pernah membantuku mengarahkan cahaya ke pohon yang kekurangan nutrisi dan cahaya agar berfotosintesis dengan photokinesis. Yah, meskipun Tarek mengetesku, dia juga senantiasa membantu. Tarek pernah bilang, walaupun kita sudah menjadi hantu, kita harus tetap melakukan kebaikan dan membantu semua makhluk (sejauh ini, makhluk hidup yang bisa dibantu) dan aku merasa senang masih bisa bermanfaat setelah aku mati.

Materi pelajaran terakhir yang kudapatkan adalah ekolokasi, disebut juga biosonar. Itu salah satu materi kesukaanku. Kata Tarek, ekolokasi bisa berguna kalau kita berada di ruangan yang gelap gulita, sangat sedikit cahaya yang ada. Jadi, dengan ekolokasi, kita bisa mengira apa yang ada di sekitar kita dan jauh atau dekatnya suatu benda.

Aku sedang iseng melakukan ekolokasi di daerah hutan mini kampus. Dengan ekolokasi, aku bisa tahu jarak satu pohon dengan pohon lain. Aku menghitung waktu pantulan suara dari pohon kembali ke diriku. "Kecepatan suara 343 meter per detik. Tadi, pantulan suaranya terdengar ke aku setelah 0,06 detik. Berarti, 343 dikali setengahnya dari 0,06, yaitu 0,03. Jadi, jaraknya 10,29 meter."

Karena aku punya banyak waktu, aku jadi hafal jenis-jenis pohon di kampus ini. Pohon-pohon cemara di pinggiran jalan adalah pohon yang biasa dijadikan tempat aku dan Tarek beristirahat. (Mengapa kami beristirahat di atas pohon? Agar mengurangi risiko manusia hidup yang sensitif tertubruk atau melihat kami langsung.) Selain pohon cemara, pohon kapuk juga terlihat di jalanan. Hutan mini ini terdiri dari pohon-pohon akasia, eboni, mahoni, ki sabun, lerak, kimunding, sukun, karet merah, kersen, beringin, dan kemboja. Ada beberapa batang pohon bauhinia, jacaranda, tabebuya, trengguli, dadap merah, bungur, dan flamboyan di dekat danau tempat aku pernah membekukan airnya. Ya, di situ banyaknya pohon-pohon yang berbunga. Aku tahu kalau di daerah gedung fakultasku waktu aku kuliah dulu ada banyak pohon pinus. Di sekitar gedung fakultasnya Tarek, banyaknya oleander. Ada pohon sikat botol dan grevillea yang bunga-bunganya berwarna merah di dekat gedung fakultas Teknik Sipil. Di sekitar gedung asrama laki-laki, ada kembang merak yang sangat indah. Pohon hujan, trembesi, dan bugenvil ditanam di sekitar gerbang depan kampus seolah untuk menyambut para mahasiswa datang. Nah, yang menariknya, di daerah Fakultas Pertanian, banyak sekali pohon dan tanaman lain yang menghasilkan buah seperti pisang, nangka, durian, mangga, belimbing, jambu, jeruk, murbei, dan bahkan ciplukan. Mungkin itu memang dibutuhkan mahasiswa fakultas sana untuk belajar. Bahkan, di beberapa sudut kampus, aku pernah menemukan pohon-pohon subtropis yang sepertinya diimpor dari luar negeri, seperti beech, birch, maple, ek, aras, araucaria, baobab, dan dedalu. Tinggal sakura dan persik yang belum ada, itu kalau pohon-pohon tersebut bisa tumbuh di iklim tropis. Ternyata, setelah lama berkeliling kampus, aku jadi tahu kalau kampusku punya banyak jenis pohon.

Aku sudah bosan sendirian sekarang. Terpikir olehku Tarek yang biasanya sedang di kamarnya. Apa dia juga hafal pohon-pohon di kampus ini? Apa dia mencuri lagi lisong atau jajanan dari kantin lalu dia menongkrong sendiri? Aku teringat kalau hantu tidak bisa makan, tetapi, hei, kita bisa iseng, bukan?

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi ke kamar Tarek di asrama laki-laki. Menurut jam yang kulihat, waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Para mahasiswa hidup sedang berkuliah kalau ada jadwalnya, tetapi yang tidak kuliah pun biasanya jarang berada di kamar asrama kecuali yang tidur siang di kamar atau, ya, yang sedang ada di kamar. Aku menuju ke depan pintu kamar Tarek.

Cara Menjadi HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang