Tahun 2014 ...
Bahari Lagunawan (Hari) memang tidak bisa memakan kacang-kacangan, spesifiknya kacang-kacangan tipe nuts dan tipe peas (polong-polongan) dari famili Fabaceae, karena alergi.
Kalau biji-bijian seperti padi (beras) dan gandum yang digiling untuk diolah menjadi produk makanan lain lagi kemudian, Hari masih berkesempatan untuk memakannya, asalkan bahannya murni, tidak bercampur dengan kacang-kacangan tipe spesifik, dan tidak berlebihan juga (karena yang berlebihan itu tidak baik).
Hari juga masih bisa memakan buah-buahan dan olahannya.
Saat menjadi mahasiswa baru, Hari memang pernah mengikuti tes kesehatan (Tarek, Aksa, dan Dania juga pernah, itu tepat di masa-masa masih penerimaan mahasiswa baru). Kebetulan, ada seorang pemeriksa yang menanyakan apakah Hari memiliki alergi atau tidak. Hari menjawab iya, memiliki alergi kacang. Data itu pun terus terekam (sayangnya, tidak ada yang tahu pasti nama pemeriksa Hari, kecuali jika Laila mau berusaha mencarinya).
Suatu waktu, seorang dosen mata kuliah pengenalan desain dan rekayasa teknologi fisika memberi tugas dengan jangka waktu pengerjaan yang lama untuk mengobservasi berbagai alat teknologi yang menerapkan konsep fisika. Sebisa mungkin, dalam satu kelas, tidak ada yang mendapatkan alat yang sama. Ada yang mengambil alat ultrasonografi (USG), alat CT Scan, alat sensor-sensor, dan lain-lain. Pilihan Hari, waktu itu, jatuh pada alat rontgen X-ray.
"Enak juga kamu, Hari, bisa cepat dapat alat rontgen yang ada di Klinik Bumi Sehat," kata Salman, salah satu teman mahasiswa Hari. "Klinik Bumi Sehat enggak jauh dan mungkin mudah perizinannya."
"Iya, dong! Makanya, tentukan dengan lebih cepat," balas Hari. Hari dan Salman tengah berjalan ke gerbang kampus untuk pulang, kembali ke indekos mereka.
"Jadi, kamu mau mulai observasi alat rontgen di Klinik Bumi Sehat kapan?" tanya Salman.
"Hmmm," Hari berpikir lalu menjawab, "besok, habis kuliah, aku mau ke Klinik Bumi Sehat, coba tanya-tanya dulu."
"Oooh, oke."
Salman dan Hari sudah sampai di luar kampus. Mereka berbeda tempat indekos, jadi mereka berpisah. Salman menaiki angkutan umum yang melewati kosnya sementara Hari mengambil motor yang ia parkirkan. Langit sore hari itu masih cerah, masih tampak seperti langit siang yang berhawa panas. Hari memakai helm dan tersenyum puas seraya berharap, semoga saja pengerjaan tugasnya lancar.
***
Esok sore, seperti rencana Hari, Hari pergi ke Klinik Bumi Sehat. Hari bertanya-tanya ke petugas wanita di tempat registrasi klinik mengenai alat rontgen X-ray.
"Mas Doni, operator rontgen, bisa ditemui di ruangan rontgen," kata wanita petugas registrasi klinik. "Namun, pasti selanjutnya diminta surat tugas sebagai formalitas izin."
"Oooh, begitu. Masih butuh surat izin, ya?"
"Iya, tapi Mas Doni bisa ditemui terlebih dahulu di ruangan rontgen untuk membuat janji wawancara."
"Ruangan rontgen di mana?" Hari bertanya.
"Ke sebelah kiri, lalu belok kanan," jelas wanita petugas registrasi sambil menunjukkan. "Ada petunjuknya juga, kok."
"Terima kasih, Mbak."
Hari meninggalkan meja registrasi dan berjalan untuk menemui Doni Cahyono di tempat rontgen.
Namun, Hari menjadi tidak yakin dengan arahnya.
Katanya belok kanan, tetapi pintu-pintu di lorong ini tidak ada petunjuk tempat rontgen.
Kebanyakan pintu di lorong yang tengah Hari lewati tertutup rapat, kecuali satu. Dari celah pintu yang terbuka dapat terlihat adanya cahaya, yang berarti lampu di dalam ruangan menyala dan mungkin ada orang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Menjadi Hantu
HorrorBagaimana jika suatu hari, kau menemukan dirimu sudah bukan manusia lagi? Bagaimana kalau ketika kau bangun, kau ternyata sudah mati? Bagaimana bila saat kau sudah mati, kau malah menjadi hantu? Maukah kau belajar bagaimana caranya menjadi hantu? * ...