"Owh," Hari menyadari sesuatu kali ini. "Seandainya saja aku tidak penasaran dan mengintip ke ruangan dr. Lorenz, mungkin aku tidak akan menjadi hantu. Dan rupanya, aku memang biasa membeli roti bakar di sana."
Kami sudah tahu cerita memori Hari saat masih hidup dan keselarasannya dengan penjelasan Laila kepada Nelly dan Dania.
Nelly dan Dania telah menghabiskan roti bakar isi selai kacang yang Dania bawa selama menyimak Hari bercerita (mereka harus cepat menghabiskannya supaya Hari merasa nyaman bercerita dan karena roti bakar isi selai kacang merupakan makanan yang tidak tahan lama).
"Ya, itu tidak sepenuhnya salahmu, Hari," tanggap Nelly. "Dokter Lorenz ini, menurutku, dia sangat mengerikan. Akan tetapi, dia bisa memerankan psikiater yang baik dan perhatian. Tidak terbayangkan bagaimana Laila bekerja sama dengan dr. Lorenz."
"Menurutku, kematian Hari ini bisa menjadi yang paling fatal sekaligus paling vital," ungkap Dania. "Kita tahu bahwa dr. Lorenz memang menyimpan uang hasil pesugihan."
"Lalu, untuk apa uang pesugihan itu?" Aku bertanya.
"Itulah yang berikutnya kita cari tahu beserta buktinya," ujar Dania. "Nelly, kau sudah punya nomor Laila yang bisa dihubungi, bukan?"
"Sudah," jawab Nelly. "Apakah kita perlu bertemu dengan Laila lagi?"
"Sebaiknya begitu," kata Dania. "Dan sebaiknya, jangan di Klinik Bumi Sehat. Kalau bisa, kita bertemu di kampus ini."
"Begitu, ya? Baiklah."
"Kita cari waktu sehingga Hari, Aksa, dan Tarek, semampu mungkin, bisa melihat Laila juga," tambah Dania.
"Wah?"
"Oooh."
Kami, para hantu, terkesiap. Kami akan dipertemukan dengan Laila?
Nelly berkata, "Itu ide bagus. Jadi, kita semua bisa bertemu Laila."
"Ya."
"Oke, aku akan menghubungi Laila nanti," kata Nelly. Nelly kemudian memungkas, "Sekarang sudah malam. Ayo, kita harus segera kembali ke tempat tinggal masing-masing."
"Baik!"
Maka dari itu, kami bubar dari depan pohon beech. Nelly ke gerbang kampus, aku dan Dania ke asrama perempuan, serta Tarek dan Hari ke asrama laki-laki. Kami bubar dengan cepat supaya tidak terlihat mencurigakan jika ada orang yang (bisa) melihat kami berkumpul di depan pohon beech.
Kami berlima tinggal menunggu waktu pertemuan kami dengan Laila kelak.
***
Laila menyanggupi untuk bertemu kami di dekat pohon beech. Kami berlima menunggu Laila datang yang baru pulang dari klinik pada malam hari. Laila akhirnya datang sesuai arahan Nelly dan Dania.
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, aku dan Hari terkejut melihat Laila. Dia memang cukup cantik, beralis hitam, tebal, dan meliuk indah, serta berhidung mancung, seperti ada khas Timur Tengah, ke-Arab-araban, dari Laila. Tidak dimungkiri bahwa Laila juga bisa karate karena pernah belajar dan ikut unit kegiatan mahasiswanya.
Sementara itu, Tarek, yang adalah teman lama Laila, hanya berekspresi datar. Aku tidak tahu apa tepatnya yang Tarek rasakan atau pikirkan. Yang pasti, Tarek akhirnya bisa melihat Laila lagi juga seperti kami.
"Tarek ...," aku memanggil dan menunjuk Laila, "itu Laila."
"Ya," Tarek menanggapi singkat.
"Apakah kamu tidak apa-apa, Tarek?" tanya Hari. Kami tentu sudah tahu apa peran Laila dan bagaimana dia berperan dalam rantai pesugihan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Menjadi Hantu
HorrorBagaimana jika suatu hari, kau menemukan dirimu sudah bukan manusia lagi? Bagaimana kalau ketika kau bangun, kau ternyata sudah mati? Bagaimana bila saat kau sudah mati, kau malah menjadi hantu? Maukah kau belajar bagaimana caranya menjadi hantu? * ...