Babak III (12)

42 7 0
                                    

Nelly melobi ayahnya agar ia bisa meminjam mobil ayahnya. Nelly memang mampu berkilah secara andal sehingga ayahnya memercayainya dan meminjami Nelly mobil. Dalihnya untuk meminjam mobil ayahnya adalah untuk dipakainya pergi bekerja.

Sesungguhnya, Nelly membutuhkan mobil supaya ia dan Dania bisa berpindah-pindah tempat dengan mudah dan supaya tidak dicurigai pihak lain-lain yang tidak terduga selama penyelidikan.

Jadi, pada hari Selasa yang telah dijanjikan, Nelly dan Dania pergi ke Klinik Bumi Sehat. Dania dijemput Nelly pada pukul 5 sore, setelah Dania selesai kuliah. Dari kampus, mereka pergi ke Klinik Bumi Sehat yang memerlukan waktu tempuh sekitar 15 menit.

"Dania, kau ini tidak ada kegiatan kampus lain? Selain kuliah?" Nelly bertanya, mengajak Dania yang duduk di kursi sebelah pengemudi mengobrol dalam mobil.

"Tidak." Dania menggeleng. "Tenang saja, teman-temanku di Matematika ramah-ramah, jadi aku tidak khawatir tidak punya teman. Lagi pula, kami punya banyak tugas kelompok."

"Oke, kalau kau memilih menjalani kehidupan kampusmu seperti itu," kata Nelly. Nelly terus menyetir.

Mereka sampai di tempat tujuan mereka, Klinik Bumi Sehat. Nelly dan Dania turun dari mobil. Dania mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman depan Klinik Bumi Sehat. Nelly melihat apa yang dilakukan Dania. "Ada apa, Dania?"

"Hanya melihat-lihat sekitar," jawab Dania. Dania menunjuk ke titik beberapa gerobak pedagang kaki lima berkumpul. "Di situ ada yang berjualan."

"Kamu mau jajan? Makan?"

"Ah, tidak sekarang, nanti saja."

Nelly dan Dania masuk ke Klinik Bumi Sehat dan menuju meja registrasi klinik. Kepada seorang perempuan yang menjadi petugas registrasi, Nelly bertanya, "Permisi, apakah apoteker Laila sedang ada di klinik ini?"

"Laila, ya? Hari ini, Laila sedang mengetes racikan obat terbaru di laboratorium farmasi klinik," jawab perempuan petugas registrasi. "Ada perlu apa? Sudah membuat janji dengan Laila? Jika ingin membeli obat, apotek ada di sebelah sana."

"Oh, kami ingin bertemu dengan Laila," jawab Nelly. "Kami memang belum sempat membuat janji karena kami baru saja dengar tentang Laila yang bekerja di sini."

"Kami ingin berbicara dengan Laila mengenai racikan obat-obatan," tambah Dania. "Bolehkah kami bertemu dengannya? Kapan kami bisa bertemu?"

"Hmmm, sepertinya, Laila hari ini sedang tidak bisa ditemui, sangat sulit. Laila berencana akan lembur juga malam ini," kata perempuan petugas registrasi.

"Kalau lembur, biasanya bisa sampai jam berapa?" tanya Nelly.

"Bisa sampai pukul 9 malam."

"Oooh." Nelly dan Dania hanya mengangguk pasrah. Nelly berkata, "Baiklah, tidak apa-apa, Mbak. Mungkin nanti, kami akan menentukan waktu pertemuan dengan Laila lain kali. Terima kasih, Mbak."

"Ya, sama-sama."

Nelly dan Dania berjalan keluar klinik. Dania bertanya kepada Nelly, "Jadi, kamu punya rencana untuk ini?"

"Kita akan menunggu Laila, Dania," kata Nelly. "Kita tunggu sampai jam 9 malam. Setelah itu, kita ikuti Laila, kita cari tahu ke mana Laila singgah selama ia pulang kerja. Mungkin itu bisa memberi petunjuk."

"Oke." Dania mengangguk menyetujui. "Kalau tidak salah, Laila punya motor sendiri untuk bekerja, bukan? Fijar pernah memberi tahu."

"Ya, benar."

Mereka sudah sampai di luar klinik lagi. Dari saku jaketnya, Dania mengeluarkan sesuatu berbentuk kubus kecil. "Ini alat pelacak dari seorang temanku di Teknik Elektro. Aku sudah menyiapkannya."

Cara Menjadi HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang