Tahun sudah menjadi tahun 2018. Di pekan-pekan pertama tahun 2018, aku berjalan-jalan di hutan mini kampus. Aku berlatih memanipulasi komponen udara, pyrokinesis, dan ekolokasi. Aku berusaha tidak mengenai apa pun yang mampu merusak hutan mini.
Nelly belum kembali ke kampus di bulan ini. Kata Tarek, kemungkinan besar Nelly baru datang lagi pada bulan Februari. Itu berarti, Nelly baru datang lagi tepat saat aku sudah setahun menjadi hantu.
Januari terus berjalan. Aku sibuk berlatih kemampuanku sendirian atau membaca buku dari perpustakaan. Aku sedang di perpustakaan saat aku mendengar seseorang berkata, "Permisi, Kak?"
Tanganku yang hendak mengambil sebuah buku terhenti. Aku menoleh ke kananku. Terlihat olehku seorang laki-laki yang sepertinya memang bilang permisi kepadaku. Oh, tidak. Ada manusia hidup yang bisa melihatku? Namun, aku juga merasakan sesuatu yang lain. Aku melirik ke bawah untuk memastikan.
"Kakak hantu, bukan?" tanyanya lagi.
Kami, hantu, memiliki kaki, tetapi tidak terlihat secara keseluruhan, seperti bagian yang semakin ke bawah menghilang. Kami juga bisa merasakan kalau ada entitas yang sudah tidak terikat dan tidak termasuk ke bagian dari dunia manusia hidup. Aku sudah melihat dan merasakannya dari "mahasiswa" yang mencoba berbicara kepadaku ini.
"Ya, aku hantu," jawabku. "Kamu juga hantu."
Laki-laki (hantu) itu menghela napas dan mengangguk. "Iya. Aku ..., aku baru saja sadar kalau aku hantu kemarin. Aku berpikiran untuk ke perpustakaan karena di perpustakaan banyak buku tua dan mungkin saja itu berkaitan dengan hantu. Buku tua dan hantu menunjukkan hal-hal yang sudah sangat berumur."
"Sebagai informasi, kami juga suka buku-buku baru," kataku.
"Kami?" Dia bingung.
"Kamu hantu ketiga di kampus ini," kataku lagi.
Laki-laki hantu itu menganga. "Berarti, kamu yang kedua? Dan pertama adalah ...."
"Namanya Tarek. Mungkin kamu sudah pernah dengar," potongku.
"Pernah." Dia mengangguk. "Ternyata dia benar-benar hantu."
"Aku akan mengajakmu ke tempat Tarek. Aku akan menunjukkan Tarek kepadamu. Kamu bisa mencari tahu lebih banyak darinya. Mau ikut aku?" ajakku.
Laki-laki hantu itu mengangguk lagi. "Boleh. Aku mau ikut."
***
Tarek benar-benar terkejut saat aku membawa laki-laki hantu baru ke kamarnya. Tarek mencermati si laki-laki hantu baru. Tarek manggut-manggut seolah-olah sudah memastikan kalau si laki-laki adalah hantu.
"Dari mana kau tahu kalau Aksa adalah hantu?" tanya Tarek kepada laki-laki hantu baru.
"Karena dia tidak seperti manusia biasa. Tapi aku bisa melihatnya," jawab laki-laki hantu baru. "Jadi, namanya adalah Aksa?"
"Ya, dan aku Tarek."
"Aku sudah tahu itu."
"Siapa namamu?" Tarek bertanya.
"Namaku Hari."
"Oh, jadi, namamu Hari ...."
"Bahari Lagunawan."
Kini, aku dan Tarek sama-sama terkejut. Tidak hanya karena si Hari ini masih ingat nama lengkapnya, tetapi juga karena nama lengkap si Hari yang sangat bagus.
"Kamu masih ingat nama lengkapmu?" tanyaku kepada Hari.
"Ya, masih. Kalian tidak ingat nama lengkap kalian?"
"Apakah kamu ingat nama lengkapmu, Tarek?" Aku beralih ke Tarek.
"Ngg." Tarek menggaruk kepalanya. "Tidak, aku tidak ingat."
"Kamu bilang, kamu pernah mendengar sesuatu mengenai obituariumku. Pasti di situ ada nama lengkapku. Apakah kamu tahu nama lengkapku?" tanyaku kepada Tarek lagi.
"Maaf. Tidak tahu juga." Tarek mengangkat bahunya dengan canggung.
"Bukankah kita, hantu, punya ingatan eidetik?"
"Ya, tapi, kita bisa memilah-milih memori yang mau kita simpan juga. Lagi pula, aku hanya mendengar, bukan membaca."
"Oh, kita punya ingatan eidetik sekarang?" tanya Hari tertarik.
"Ya, begitulah," balas Tarek.
"Baiklah. Masalah nama lengkap kalian, mungkin itu bisa kalian selesaikan nanti," kata Hari. "Jadi, apa yang kita lakukan sebagai hantu?"
Tarek menyilakan Hari duduk di kasur tidak berseprai. Tentu saja, aku dan Tarek harus mengajari Hari sampai Hari bisa duduk di kasur. Hari bisa duduk di kasur pada akhirnya. Aku duduk di sebelah Hari. Tarek duduk di kasurnya sendiri yang berseprai. Tarek pun menjelaskan apa yang para hantu seperti kami bisa lakukan kepada Hari. Aku sesekali membantu Tarek menjelaskan. Semuanya dijelaskan. Hari tampak terkesima mendengar penjelasan dari Tarek dan aku.
"Oooh, kita, hantu, jadi semacam punya kemampuan super, begitu?"
"Ya, tapi, kita tidak bisa menunjukkan kemampuan hantu kita kepada manusia hidup begitu saja," kata Tarek. "Tentu kita bisa membantu manusia hidup dengan kemampuan kita, tapi tidak secara terang-terangan."
"Iya, ya. Yang ada nanti mereka malah ketakutan," balas Hari.
Aku dan Tarek cukup senang karena Hari cepat mengerti.
"Kalau begitu, bagaimana kalau besok kita mulai latihan kemampuan menjadi hantu?" tanya Tarek kepada Hari.
"Ya, boleh."
"Aku akan ikut mengamati dan membantu," kataku.
"Oke, bagus," kata Tarek sambil mengacungkan jempol. "Kautahu di mana kau tinggal saat ini, Hari?"
"Hmmm, begini," Hari memulai, "saat aku masih hidup, aku mengekos di luar kampus. Yang kuingat dari kemarin, aku tiba-tiba sudah berada di lahan parkiran kampus. Aku mungkin ingat kalau dulu aku mengekos, tapi aku sudah lupa di mana kosnya, di kos yang mana. Itu satu hal yang aku lupa."
"Kalau begitu, kamu tinggal saja di kamar Tarek, bersama Tarek," saranku. "Bagaimana?"
"Eh?" Tarek menelengkan kepalanya.
"Kemarin, kamu tidur di mana?" Aku bertanya kepada Hari.
"Tidur di bawah pohon rimbun di sekitar danau," jawabnya.
"Nah, daripada Hari tidur di bawah pohon lagi, sebaiknya Hari tidur bersamamu di kamar ini, Tarek."
Tarek tampak menimbang-nimbang sampai akhirnya Tarek mengangguk-angguk. "Ya, boleh. Tapi, kasur yang itu tidak ada seprainya. Cuma kasurku yang berseprai di sini. Tidak ada seprai yang lain."
"Tidak apa-apa. Boleh aku langsung memanggilmu 'Tarek'?"
"Boleh, kok," Tarek membolehkan Hari.
Aku menambahkan, "Panggil saja aku 'Aksa' langsung juga, tidak perlu pakai 'Kakak'."
Hari mengangguk-angguk. Dia tampak senang telah diterima oleh kelompok sesama hantu seperti dirinya. "Baiklah. Terima kasih banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Menjadi Hantu
TerrorBagaimana jika suatu hari, kau menemukan dirimu sudah bukan manusia lagi? Bagaimana kalau ketika kau bangun, kau ternyata sudah mati? Bagaimana bila saat kau sudah mati, kau malah menjadi hantu? Maukah kau belajar bagaimana caranya menjadi hantu? * ...