Babak III (8)

30 6 0
                                    

Ketika Nelly dan Dania menemui Fijar Harakat, Fijar Harakat tampak terkejut sekaligus semringah, terlebih saat mereka memberi tahu bahwa mereka mengunjungi Fijar Harakat karena ingin membicarakan soal Tarek. Menurutnya, ia dan Tarek adalah teman yang cukup dekat dahulu, waktu Tarek masih hidup, jadi Fijar senang bertemu dengan teman-teman Tarek yang lain lagi. Kelihatannya, Fijar sangat ingin membahas Tarek. Nelly dan Dania tepat sekali mengambil waktu kunjungan ke tempat tinggal Fijar Harakat pada saat bulan kebangkitan Tarek menjadi hantu, bulan April ini.

Fijar Harakat ternyata teman sekamar Tarek yang dulunya berasal dari jurusan Teknik Telekomunikasi. Dari Fijar, kami tahu kalau dulunya, Tarek pernah ikut unit bela diri karate (ya, tentunya Tarek sekarang sudah lupa). Selain Fijar, teman-teman karate Tarek, yang masih diingat, adalah Amsa Tsaqafain dari jurusan Teknik Pangan, Laila Hasanuddin dari jurusan Farmasi, Anhar Adz-Dzikra dari jurusan Ilmu Komputer, Ashbi Qanun dari jurusan Oseanografi, Syia Lathifi dari jurusan Teknik Informatika, dan Intan Permatasari dari jurusan Biologi, itu karena mereka segrup pelatihan karate. (Jadi, para anggota unit karate yang jumlahnya banyak itu dibagi ke beberapa kelompok anggota untuk memudahkan latihan rutin bagi tiap kelompok.) Pelatih grup karate mereka adalah dua orang kakak tingkat setahun di atas mereka dulu, Kamara Khaidarmansyah dan Syamil Hutabarat, keduanya dari jurusan Teknik Kimia.

Pernah beredar kabar kalau Kak Kamara dan Kak Syamil (begitu mereka dulu dipanggil) itu dulunya berpacaran, yang sekarang kenyataannya adalah Kak Kamara dan Kak Syamil akhirnya menikah juga. Pada akhirnya, di antara mereka pun ada lagi yang berpacaran. Terakhir diingat, yang sempat berpacaran dulu adalah Amsa dan Laila.

"Dulu, aku termasuk yang rebutan Laila bersama Amsa dan Ashbi. Kami bertiga dulu sama-sama menyukai Laila," cerita Fijar. "Laila perempuan yang cerdas dan cantik. Dia pandai meniru gerakan jurus karate yang diajarkan oleh instruktur karate, makanya kami menjuluki Laila "The Impersonator"."

"Bagaimana kalian menentukan siapa yang akhirnya berpacaran dengan Laila?" tanya Nelly.

"Kami melakukan duel karate dengan Laila waktu itu. Ya, Laila pun tahu tentang persaingan kami. Lelaki yang menang melawan Laila akan menjadi pacarnya Laila. Perlu diketahui bahwa Laila itu sangat kuat dan gesit. Aku dan Ashbi yang bukan tipe petarung cepat tentu kalah dari Laila. Akhirnya, Amsa menang karena Amsa mempunyai strategi untuk mengelabui Laila. Laila pun kalah dan mereka berpacaran."

"Lalu, bagaimana dengan Tarek? Berarti, dia tidak memperebutkan Laila?" Dania bertanya.

"Tarek sudah punya pacar waktu itu. Pacarnya bukan anak karate," jawab Fajar.

"Oooh." Nelly dan Dania mengerti bersamaan.

"Apakah Amsa dan Laila berakhir menikah?" tanya Nelly.

"Tidak. Mereka putus setelah sekitar enam bulan berpacaran," jawab Fijar seraya menggeleng. "Kalau kalian mau tahu, Amsa akhirnya menikah dengan orang lain. Tepatnya, dengan Intan Permatasari itu."

"Laila?"

Fijar menunjuk sebuah bingkai foto di atas laci panjang di ruang tamu tempat mereka mengobrol saat ini. "Di situ ada Laila."

Nelly dan Dania mendekati laci yang ditunjuk Fijar. Di atas laci memang terdapat banyak foto. Ada foto keluarga resmi, foto liburan, foto kelulusan, foto kejuaraan karate, dan lain-lain. Terlihat oleh mereka dalam salah satu foto, Fijar, yang mengenakan kacamata dan berambut ikal gondrong, bersanding dengan seorang wanita cantik berbulu mata lentik dan berhidung mancung yang memakai gaun putih panjang. Fijar sendiri tampak necis dengan tuksedo di foto itu. Begitu mengamati foto itu, Nelly dan Dania paham.

"Anda ...," Dania menyimpulkan, "Anda menikah dengan Laila."

"Ya, itu benar," aku Fijar pelan.

"Di mana Laila sekarang?" tanya Nelly.

Cara Menjadi HantuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang