4. Mental Kepiting

332 21 4
                                    


"Yah, misal nih ya misal, teteh sama bunda berenang di laut terus tiba- tiba ada ombak besar menyeret. Ayah kira- kira menyelamatkan siapa?" Tanya Kala sambil mencocol stick biskuit kedalam selai coklat. Ia menatap Aslam yang sibuk dengan kertas di tangannya.

"Ayahh!" hampir lima menit Aslam diam Kala langsung memaggil Aslam dengan sedikit keras.

Aslam mengangkat wajahnya. Terlintas beberapa hal di kepalanya saat menatap putri bungsunya ini. Ia menghela napas. Pertanyaan tak penting ini bukan kali pertama diajukan padanya. Sebelumnya Kala juga pernah bertanya hal yang serupa. Jika Kala dan Haura menyeberang dan hendak tertabrak mobil siapa yang akan Aslam selamatkan. Sungguh pertanyaan bodoh. Dan ia tau putri bungsunya ini tak bodoh. Kala itu hanya iseng menguji saja.

"Sejak kapan ayah mengizinkan kalian mandi di laut?" balas Aslam tak habis pikir dengan pertanyaan putrinya.

Kala merotasikan matanya.

"Matanya Kala!"

"Heuu kalau sama Bunda aja, 'Matanya sayang' " ejek Kala.

Sungguh hanya di depan Kala, Aslam kehilangan harga diri. Kala itu sangat sayang dengan ayahnya tapi dia tipikal anak yang suka menganggap orang tua sebagai teman. Jauh berbeda dengan Azlan, dia tipe anak yang sangat menghormati orang tua.

Aslam sedikit menyesal mengingat dulu ia sering menitipkan Kala kepada Arkan dan Syafa saat Haura sakit. Ya bagi Aslam merawat Haura adalah prioritas utama sehingga Kala sering di titip pada Syafa yang waktu itu juga memiliki bayi laki laki berumur tiga bulan. Akhirnya mereka sepersusuan. Meski begitu namun ia kurang yakin pergaulan dengan sepupunya membuat Kala seperti ini. Mungkin beginilah karakter asli sang putri. Tapi ia jelas merasa kekurangan waktu bersama sang putri saat masih balita.

"Ayah, teteh pusing ini sama kuliahan pengen nikah ajaa.. ayah cariin suami yang mirip Jaemin ajusi. Huaaaa" topik Kala sudah berganti.

"Tapi sifatnya, agamanya, atitudenya mirip ayah plekk"

"Waalaikumsalam," Aslam tak menghiraukan ciloteh Kala, mengangkat telpon dari seseorang.

"Mhmm,.."

"...."

"Lalu bagaimana?"

Kala melihat ekspresi Aslam. Ia menggeser kursi kebelakang dengan pelan lalu berdiri dari duduknya.

"Ya udah, ayah lagi sibuk teteh ke bunda aja" ujar Kala merasa timing yang pas untuk meninggalkan ruangan kerja ayahnya.

Gadis itu baru semalam pulang ke rumah orang tuanya, di Depok, karena weekend. Sebenarnya jarang ia pulang saat weekend tapi karena tak tega menolak permintaan sang bunda akhirnya ia pulang.

"Kemana kamu kemarin malam?" Tiba-tiba suara Aslam menginterupsi langkah Kala.

"Teteh, Yah?"Kala menunjuk dirinya sendiri. Jelas dirinya siapa lagi yang ada di ruangan itu.

"Kenapa kamu keluar lagi malam-malam dan berani-beraninya melawan begal sendirian?"Aslam semakin gusar dengan tindakan sembrono Kala.

"Ehh tau dari mana yah, pasti bang Jeo"

Gini amat punya abang. Satunya patung es satunya mulut gentong.

"Teteh baik-baik aja yah, kemaren tu lewat pasar buat ambil anak kucing eh taunya ada begal, ya udah gitu deh. Gak mati kok, kayanya patah tulang aja"jelas Kala takut-takut.

Aslam memijat keningnya. Ia sudah berkali-kali menasehati Kala. Tapi putri satu-satunya ini lumayan bebal di beritahu. Memang setiap ada masalah entah bagaimana bisa Kala selalu selamat. Oleh karena itu ia sering dibilang punya hoki yang luar biasa dan malahan ada yang mengatakan ia punya indra ke enam. Namun sebagai ayah, Aslam tak ingin hal yang buruk terjadi. Ia harus lebih extra menjaga sang putri di jaman yang semakin pelik ini.

VIGILANTE S1 -21+ (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang