Kala terus mutar-mutar alu dengan tatapan memerawang. Tablet yang tadi utuh kini sudah hancur menjadi butiran halus seperti tepung. Namun gadis itu masih terus menggiling.
Ada sosok yang menyita pikiran, perhatian dan waktunya. Siapa lagi kalau bukan pria yang baru saja ia ketahui sebagai suaminya.
Ia berusaha menampik jika sikap Haven padanya dipertemuan kedua hanya taktik pria itu untuk memikatnya namun ia meragukan prasangkanya itu. Kejadian dimana Haven yang tiba-tiba sudah memeluk bocah yang tertabrak dua hari yang lalu, cara pria itu memperlakukannya, bahkan pria itu tanpa di minta bersedia membantu Nadin dan anaknya, ia sedikit tersentuh. Kala sendiri memang mudah kasihan dengan siapa pun tak heran ia akan sering ikut campur urusan orang yang menurutnya perlu di bantu.
Esoknya Zhean mengirimkan beberapa rekaman cctv di panti dan rekaman di rumah sakit sebagai permintaan maafnya. Kala membuka rekaman itu satu persatu. Lagi ia terpesona hanya karena sikap gentleman dan penyayang Haven pada anak-anak. Cara pria itu berbicara dengan mereka, cara berinteraksi, cara menatapnya, cara tersenyumnya.
Bisakah ia simpulkan jika sikap Haven padanya memang karena karakter yang di miliki pria itu bukan hanya karena ingin memikat hatinya?
Oh iya jangan lupa perihal panggilan 'Buin' dua hari yang lalu. Kala rasa itu agak berlebihan tapi kenapa ia bersemu saat mengingat arti kata itu. Oh ayolah Kala tak pernah mendapat hal semacam itu sebelumnya dari lawan jenis.
'Buin=istriku'
"Udah hancur cemansss mau di bikin sehancur apa lagi, jadi atom?"Suara Arin membuyarkan lamunan Kala.
"Lah-lah itu pipi kenapa merah begitu?lu demam?"Arin meraba kening Kala.
"Apa sih Rin ih,"Kala menghindar.
"Kayanya lu kebanyakan ngelamun deh belakangan"ujar Arin.
"Ini udah sana bawa"Kala menyerahkan lumpang dan alu yang berisi tablet yang sudah halus menjadi tepung.
"Lain kali pake mesin ajalah"ujar Kala.
"Hih ngacurin tablet sebiji pake mesin, sejak kapan kanzan loyo begini"sindir Arin.
"Udah sana bawa gue mau ngecek konsentrat"sahut Kala. Mereka sedang berada di lab. Keduanya sedang melakukan penelitian. Kala dan Arin melakukan penelian yang sama dari projeknya prof Alea.
"Besisss...udah keluar loh"Tiba-tiba Jinu yang masih mengancingkan jas lab datang terpogoh-pogoh.
"Apanya?"tanya Arin.
"Nilai Bimol(Biologi Molekuler) dong,"
"Haa serius?"tanya Kala mendekat.
"Iyaa, ini liat"Jinu memperlihatkan dari ponselnya portal nilai uts. Semua nilai mahasiwa sekelas terlihat di sana.
"Gue dapat berapa?"tanya Arin.
"Kak Arin nomer 5, Kak Kala nomer 3"ujar Jinu.
Kedua gadis itu mendekat untuk melihat ponsel Jinu. Nilai uts masih dalam bentuk angka dan masih bisa di perbaiki dengan remedial.
"Yess gue 86, udah A kan ya, "ujar Arin.
"Udah dong, Kak Kala nih 89"Jinu membacakan nilai Kala.
"Tumben lu nomer 3 biasanya juga 1 atau 2"ujar Arin.
"Lo juga jauh ke 5?"Balas Kala tak terima nilainya di permasalahkan karena turun.
"Lah nomer 1 kok gak lo Jin?"Tanya Kala. Pemegang nilai tertinggi di kelas biasanya mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIGILANTE S1 -21+ (END✔️)
RomanceSequel Aslam-Haura (Rate 18-21+) Adegan dewasa, kekerasan, pembunuhan. (Tersedia di Karya Karya da Henbuk) ❣️❣️❣️ "Kakak cuma menghibur aku kan, memang ciuman bisa jadi tanda merindukan seseorang." Kala masih tak percaya pada Alkean. Alkean menarik...