17. Mencari Penjelasan

169 21 3
                                    

Baru kali ini Arin melihat Kala menangis dengan raut sedih dan galau. Sahabatnya itu langsung menumpahkan tangisnya di depan Arin saat mereka sampai di unit milik Azlan untuk mengambil beberapa pakaian dan laptop Kala. Di sepanjang perjalanan dari rumah orang tuanya tadi Kala hanya diam dengan tatapan kosong. Tak sepatahpun kata keluar dari mulutnya.

Sesampainya di unit Kala tak dapat menahan lagi. Entah apa namanya yang ia rasakan sekarang. Sedih, kecewa merasa tak dianggap atau tak di hargai mungkin.

Semua kalimat yang di ucapkan Ayah dan bundanya masih menari-nari di kepalanya.

"Kenapa ayah ga minta pendapat teteh dulu, bahkan dia jauh dari kriteria yang teteh minta sama ayah. Maaf kalau teteh bilang teteh kecewa sama Ayah-Bunda. Apa teteh senakal itu sampai harus di jodohkan dan di nikahkan diam-diam? Apa teteh gak punya hak juga buat milih suami teteh sendiri atau mengetahui akad nikah sendiri?"Tanya Kala dengan nada sedih.

"Apa ucapan kamu yang minta di carikan suami terlalu ayah anggap serius?"Tanya Aslam melihat raut kecewa Kala. Hal yang memang ia khawatirkan jauh-jauh hari jika saatnya Kala tahu. Ia cukut khawatir putrinya itu kecewa dan salah paham.

"Sebelumnya teteh memang serius tapi kemarin waktu perkenalan kan teteh sudah bilang kalau gak mau nikah dulu"

"Tapi itu sudah terlambat Kala, ayah sudah menikahkan kamu dengan Haven 3 bulan yang lalu seminggu setelah akad nikah Azlan"

Kala teridam dantak tahu beraksi apa. Dari helaan napasnya terihat sangat kecewa.

"Ayah kenal dia sudah berapa lama? Ayah yakin karena bukan ancaman atau tekanan seseorang atau ada unsur politik di dalamnya? Teteh baru aja tau kalau dia Presiden Haven Grup dia bukan orang sembarangan. Apa ini gak ada unsur politiknya Yah?"Bagi Kala ini terlalu mendadak untuk tidak dicurigai.

Aslam menghela napas pelan.

"Ayah tidak ikut politik apapun Kala, Ayah tidak memegang saham dimana pun dan tidak mencalonkan diri menjadi pejabat"

"Poppa? mungkin aja kan, Teteh denger Poppa bakal di di calonkan jadi mentri kesehatan"

"Teteh kenapa sampai sejauh itu pberpikirnya, itu gak ada hubungannya sama sekali nak,"Sela Haura.

"Zaman kekarang gak ada yang bisa di percaya 100% bun"Sahut Kala.

"Jadi ayah kenal dia sudah berapa lama, sejauh apa Ayah tau kalau dia baik buat teteh, akan jadi suami dan imam yang baik buat teteh. Bahkan kejadian di diskotik tempo hari aja di belum jelaskan sama teteh Yah, Apa yang bisa teteh percaya dari sosok lelaki seperti dia?"

"Ayah sudah kenal bertahun-tahun. Ayah tau dan ayah yakin dia baik buat Kala, Yang kamu lihat di luar itu karena kalian belum saling mengenal"Aslam menatap putrinya lamat.

"Lalu bagaimana kalau nanti kami tidak cocok?"

"Ayah tidak memaksa kamu dan dia langsung menjadi suami istri pada umumnya. Silahkan berkenalan perlahan, ambil waktu sebanyak yang kamu butuhkan, dia sendiri sudah paham tinggal kalian bicarakan nanti berdua"

"Terus nanti kalau tetap gak cocok teteh harus apa?"

"Jangan mendahului takdir Allah, belum di jalani dan usaha sudah bicara begitu tidak baik Kala"

Kala mengigit bibir tersenyum miris.

"Untuk alasan ayah menikahkan kalian tanpa memberi tahu kamu, penjelasannya sebenarnya hanya bisa di sampaikan oleh Haven, satu hal yang perlu kamu ketahui Haven layak memjadi seorang suami dan ayah menyetujuinya atas pertimbangan pendaoat poppa dan kedua abang kamu, sama sekali tanpa ada unsur paksaan"Jelas Aslam.

VIGILANTE S1 -21+ (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang