31. Asing

298 46 37
                                    

Di ruangan direktur Rumah Sakit Health and Wellness tengah berdiskusi beberapa orang pria. Sudah dua hari penyeledikan internal dilakukan terkait kasus obat baru yang masuk ke rumah sakit.

"Jangan terlalu di pikirkan begitu Pop, ini hampir selesai. Semalam Momma bilang poppa gak tidur sama sekali,"Ujar Zheo menatap Arkan yang memegangi kepalanya.

Arkan menegakkan kepala menatap Zheo. Putra sulungnya yang dulu ia harap bisa menjadi penerusnya tapi ternyata memiliki cita-cita lain. Tapi Arkan tak kecewa sama sekali. Zheo banyak sekali membantunya walau kadang tak ada kaitan dengan keahliaan putranya itu.

"Sudah di temukan rekaman terakhir ia mengunjungi rumah sakit Pop,"Ujar Alkean menyerahkan ponsel. Baru saja Ma tan mengiriminya sebuah Video.

"Alhamdulillah,"Gumam Arkan.

"Lihat kan pop, selagi ada menantu poppa yang satu ini semua akan beres, poppa ikuti saja prosedurnya, Pengacara sudah di siapkan juga oleh Alkean,"Terang Zheo. Arkan di panggil oleh polisi terkait kasus ini untuk proses penyelidikan.

Tokk... tokk

"Masuk,"Ujar Arkan tanpa melihat ke arah pintu.

"Assalamulaikum," Seorang pria muda tampan memasuki ruangan.

"Waalaikumsalam,"

"Nah wakil dirut sampai juga,"Ujar Zheo.

Arkan langsung menoleh ke arah belakang. "Poppa sudah bilang tak perlu datang Alan, ada adik-adik kamu yang bantu poppa"Ujar Arkan melihat wakil direktur rumah sakit yang tak lain dan tak bukan Azlan Zanafi, keponakannya. Ia memang memberi tahu Azlan dua hari yang lalu keadaan rumah sakit tapi ia tak meminta keponakannya itu untuk pulang. Ia tak mau mengganggu perkuliah Azlan di Belanda.

"Kalau aku gak datang kapan aku belajarnya kalau ada masalah, lagian udah masuk akhir semester dan mau libur pop,"Azlan menyalimi Arkan. Ia menatap sosok pria yang duduk di kiri Arkan.

Alkean langsung membungkuk.

"Adik ipar bang, biasa hahaha"Zheo malah tertawa melihat raut bingung Azlan menatap Alkean. Tentu saja Alkean menggunakan Artificial Mask karena ia tak mau ada orang-orang walikota mempergokinya berkunjung ke RS milik Arkan. Sebab Alkean juga curiga jika Walikota dan Menkes terlibat dalam kasus ini. Beberapa waktu lalu nama Arkan sempat mencuat menjadi kandidat calon Menteri Kesehatan yang akan di ganti oleh Presiden karena masalah endemi DBD yang tak teratasi dengan baik.

"Selamat pagi dokter Azlan,"Alkean mengulurkan tangannya setelah membungkuk. Azlan menyambut uluran tangannya. Ia percaya setelah mendengar suara khas adik iparnya itu. Azlan mengerti maksud kata 'biasa' dari kalimat Zheo. Alkean pasti dalam mode penyamaran.

"Aku sudah dapat laporan pemeriksaan obat yang masuk,"Azlan menaruh beberapa lembar kertas.

"Jadi ternyata itu ada 2 jenis obat, sungguh poppa merasa benar-benar kecolongan bagaimana bisa proposal pengajuan penambahan obat itu bisa disetujui padahal poppa tidak pernah menandatanganinya"Ujar Arkan.

"Mereka memalsukan semuanya Pop,"Balas Zheo.

"Mereka cukup bodoh membuat startegi, agak janggal jadinya, mereka memasukkan obat baru Acetaminophen dengan tambahan methylphenidate dan Azitromicin dengan Konsentrasi Natrium lebih dari 50%. Tapi pasien yang gagal hati itu karena OD Acetaminophen tidak ada kandungan obat baru dalam darahnya," Terang Azlan setelah mengamati hasil pemeriksaan di lab. Jadi dua pasien VIP yang kritis itu satu gagal jantung dan satunya gagal hati. Penyebab keduanya jelas berbeda.

"Targetnya pasien VIP,"Ujar Zheo. Azlan mengerutkan dahi.

"Bang, ini gak sesimpel yang lo pikir, nanti kita lanjut deh, lo harus konfirmasi ke perskan, soalnya poppa nanti siang harus ke polres,"Terang Zheo. Azlan mengangguk.

VIGILANTE S1 -21+ (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang