Bab 10

1.2K 93 9
                                    

Rony mengirup udara segar tepat pukul setengah empat pagi, hanya dia yang sudah terjaga, sementara Paul dan satu orang bapak-bapak kampung Senggol yang lain masih tertidur lelap. Ridwan pasti tengah bersiap untuk mengumandangkan adzan subuh. Akhirnya, Rony pun memutuskan kembali ke rumah untuk bersiap ke mushola.

Di sepanjang perjalanan pulang, Rony bahkan masih mengingat dengan baik ekspresi wajah Paul tadi malam.

"Assalamu'alaikum." Kata Rony mengucap salam sambil mengetuk pintu rumah nya.

"Wa'alaikumussalam." Jawab Salma dengan suara semakin mendekat ke arah Rony. Mata Salma mulai menyelidiki wajah suaminya yang terus cengengesan tanpa sebab.

"Lo ngapa, bang? Cengar-cengir dewekan? Kagak kesambet kan, lo?" Tanya Salma bertubi-tubi.

"Kagak, itu si Paul kagak tau diri." Jawab Rony.

"Emang, ngapa?" Tanya Salma penasaran.

"Lagi malem si Paul tidur di pos ronda, terus di congornya ada nyamuk, karena gue baik jadi gue gaplok bibirnya. Eh dia malah ngomel-ngomel."

Bahu Salma sudah bergetar, tanda ia menahan tawanya.

"Terus nyamuk nya dapet?"

"Kagak, nyamuk nya kabur, malah gue yang ketempelan jigong nya si Paul." Rony kembali menjawab sambil mendekatkan bagian tangannya yang terkena air liur Paul ke arah Salma

"Iiih, jorok lo, udah gih dah mandi. Cuci pake sabun biar bekas jigong nya ilang." Titah Salma, Rony segera meraih handuk lalu masuk ke kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi pagi nya.

***

Memang sudah menjadi resiko tinggal di daerah perkotaan seperti Jakarta, jarang sekali terdengar kicauan burung, apalagi kokokan ayam jantan sebagaimana kehidupan di desa.
Hanya ada lalu-lalang manusia yang sibuk memulai aktivitasnya masing-masing.

"Sal, Alhamdulillah, gue buat seminggu ke depan dapet komprengan dari bapak-bapak yang kemaren sewa angkot gue." Kata Rony, memulai obrolannya di meja makan.

"Serius, bang?" Tanya Salma tak percaya.

"Lah masa gue bohong. Kita jadiin dah yang kemaren gagal." Kata Rony seolah memberi kode dengan alis yang naik turun.

"Asal ada duit pelicin nya mah, gue trabas, bang."

"Duit pelicin apaan, mak?" Tanya Adul menginterupsi ucapan Salma.

"Duit lo kasih minyak biar licin." Sahut Rony menjawab pertanyaan anaknya.

"Udah, Dul. Lo udah nambah dua kali. Bisa-bisa telat, sekolah lo."

"Iya, ba. Ntar, Adul minum dulu."

"Mak, Adul berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum." Kata Adul, setelah merampungkan sesi sarapannya, ia segera meraih punggung tangan Salma lalu menciumnya.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati ya, tong. Belajar yang pinter."

"Gue berangkat dulu, dah. Assalamu'alaikum." Salma pun meraih punggung tangan Rony lalu mencium nya. Rony pun memberikan kecupan sayang di kening Salma.

"Wa'alaikumussalam. Ih, bang, maen nyosor aje, lo. Kan malu ama si Adul." Kata Salma dengan pipi yang sudah berubah blushing.

"Elah, cuma di jidat doangan, Sal. Gue berangkat dulu, ya."

"Iya, hati-hati ya, bang." Salma pun mengantar kepergian Rony dan Adul dengan wajah yang terlihat salah tingkah.

Setelah itu, Salma beralih pada aktivitas selanjutnya. Yaitu berbelanja sayur di warung Mpok Lela. Dia segera mengunci pintu, lalu berjalan menuju warung yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

Belum ada sepuluh langkah berjalan, tiba-tiba saja Nabila muncul dari arah belakangnya. Dia berjalan santai, namun matanya menatap Salma dengan tatapan meremehkan.

"Yee! Awas, biji mata lo copot!" Sungut Salma, kedua tetangga itu memang tidak pernah akur, semua itu berawal dari kejadian beberapa tahun silam.

Salma dan Nabila sendiri adalah saudara tiri. Ibunya Nabila, seorang janda miskin beranak satu yang bernama -Ipeh- dinikahi seorang duda kaya raya yang juga beranak satu, yaitu -Sabeni- . Salma adalah anak kandung Sabeni dengan primadona desa bernama -Elma- . Kehidupan Salma awalnya baik-baik saja, bahkan setelah kepergian Elma menghadap Sang khalik, Salma tetap bahagia meskipun tanpa sosok seorang Ibu.

Hingga kehadiran Ipeh dan anaknya yang bernama Nabila, merubah semua kehidupan Salma yang awalnya baik-baik saja, menjadi hancur berantakan. Ipeh benar-benar sosok Ibu tiri yang banyak di kisahkan oleh cerita orang jaman dulu. Dimana dia menjadi sosok Ibu tiri yang jahat ketika di depan Salma. Namun menjadi baik jika Salma sedang bersama Sabeni.

Ipeh dan Nabila berusaha sekuat tenaga untuk mengusai harta kekayaan Sabeni serta menyingkirkan Salma, hingga akhirnya, tepat dua tahun lalu, pencapaian Ipeh dan Nabila terwujud dengan meninggalnya Sabeni karena penyakit jantung yang di deritanya. Semua harta kekayaan Salma berpindah tangan menjadi milik Ipeh, bahkan rumah yang di tempati Nabila adalah rumah yang seharusnya di tempati oleh Salma.

"Lo ke warung jangan ngutang lagi, Midun!" Sindir Nabila.

"Ew! Sorry! Laki gue Alhamdulillah lagi dapet rezeki yang bertubi-tubi. Gue mau masak enak hari ini, buat laki ama anak gue."

"Masih kayaan gue." Kata Nabila.

"Hilih, kaya lo kan karena morotin banda Babeh gue." Cibir Salma.

Nabila menatap tajam mata Salma.

"Ape, lo? Gue colok lama-lama biji mata lo!"

Salma tidak ingin kesabarannya yang setipis tisu habis hanya karena meladeni Nabila. Akhirnya, Salma memilih untuk mempercepat langkahnya menuju warung Mpok Lela.

Bbruukk!!

"Eeh, maaf bang, kagak sengaja." Salma membungkukkan badannya, dia tidak sengaja menghantam seseorang karena kecerobohan nya dalam berjalan.

"Iya, gak apa-apa.. loh? Salma?" Tanya seseorang yang membuat Salma membenarkan posisi berdiri nya.

"Lah? Rama? Lo ngapain ada disini?" Tanya Salma kebingungan, melihat seseorang yang pernah ia temui beberapa kali secara tidak sengaja, akhirnya bertemu lagi di kampung Senggol. Lelaki itu adalah Ridwan Ramadhan a.k.a guru ngaji nya Adul.

Ridwan/Rama adalah seseorang yang pernah beberapa kali bertemu dengan Salma secara tidak sengaja. Pertemuan awal mereka bahkan jauh sebelum Salma menikah dengan Rony, pertama kali mereka bertemu saat keduanya naik Kereta api di gerbong yang sama beberapa tahun silam, bukannya menggandeng tangan sahabatnya, dia malah menggandeng tangan Rama. Sejak pertemuan pertama itulah yang mendatangkan pertemuan-pertemuan lainnya secara tidak sengaja.
____________________

Kampung Senggol X PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang