Bab 44

615 53 5
                                    

Langkah pasangan suami-istri itu kian mendekat bersamaan dengan lantunan suara musik yang kian terdengar dari balik tembok pembatas rumah mewah tersebut.

Novia berulang kali merapalkan do'a, berharap agar dirinya tak di jadikan menu buka puasa Nabila hari ini.

Sementara Neil terlihat meneguk salivanya sendiri. Bukan tanpa sebab, ia takut jika kedatangannya ke rumah keluarga Paul akan menimbulkan pertikaian di antara dua tetangga tersebut.

"A-assalamu'alaikum." Ucapan salam berbarengan dengan ketukan di daratkan Neil pada badan pintu rumah keluarga Paul.

"Teu kadenge meren, A." (Gak kedengaran kali, A) Sahut Novia.

Kali ini, berganti istri dari Neil yang mendaratkan beberapa ketukan di sana.

"Assalamu'alaikum, teh?"

Sementara itu.

Paul sudah menggelengkan kepalanya dengan tatapan takjub, ia berdecak kagum, tak percaya bisa mendapatkan speaker canggih dengan harga murah dari Bang Jono.

"Pih, kecilin dulu volume nya, di depan kayak ada orang yang ngetok pintu ya?"

Dengan sangat hati-hati, Paul mengecilkan volume speaker barunya, takut lecet.

"Mana, mih?"

"Assalamu'alaikum, Mang." Lagi-lagi suara tidak sabaran milik Neil kembali terdengar dari balik pintu rumah keluarga Paul.

"Tuh?" Ucap Nabila.

"Kayak suara nya si gondes, mih. Tumben banget pagi-pagi gini udah bertamu ke rumah orang."

"Samperin, dah." Suami-istri itupun berjalan menghampiri sumber suara.

Ceklek!

"Eh, elo Ndes." Sapa Paul dengan raut wajah bingung. Kebingungannya naik berkali-kali lipat setelah melihat Novia yang turut serta bertamu ke rumahnya pagi ini.

"Tumben amat lo pagi-pagi udah bertamu ke rumah orang?" Tanya Paul lagi.

"Eta, Mang. Saya teh habis kemalingan." Ucap Neil langsung ke inti nya.

"Lah? Kalo abang kemalingan ngapain laporan nya kemari? Ke RT Ucan, bang. Bukan kemari. Laki saya bukan Pak RT. Gue juga bukan Bu RT." Timpal Nabila.

Ada benarnya juga sih, tapi..

"Iya, lo ngapain laporan nya ke gue, Ndes? Gue kan bukan RT Ucan." Kata Paul, membenarkan ucapan istri nya.

"Masalahnya, saya teh kemalingan speaker, Mang."

Jreeng! Jreeng!

Paul dan Nabila saling melempar pandangan satu sama lain.

Apes bentar lagi nih. Batin Paul mulai menerawang.

"Jadi lo mau nuduh gue maling speaker lo?" Tanya Paul agak ngegas.

Neil dan Novia menggeleng cepat.

"Bukan, Mang. Suami saya teh cuma pengen lihat aja. Siapa tau dugaan kita berdua teh emang salah."

Dengan jantung yang sudah berdebar-debar, Paul pun seperti tengah menimbang-nimbang permintaan pasangan suami-istri tersebut.

"Ya udah, gue izinin. Tapi cuma lo lihat aja, ya."

"Iya, mang."

Paul dan Nabila pun mempersilahkan tetangga nya untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Eh, bang, mpok. Sendal nya jangan lupa lo lepas. Lo kata kagak gempor ngepel rumah segede lapangan sendiri."

Sombong sekali Nabila ini, padahal rumah Neil dan Novia lebih besar daripada rumahnya.

Kampung Senggol X PANAROMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang